Laporan: Zulhidayat Siregar
RMOL. Berbagai bentuk aksi buruh pada prinsipnya akan terjadi
dengan tuntutan bervariasi antara kenaikan UMK dan menolak sistem
outsourcing. Namun, unjuk rasa itu diharapkan jangan sampai berujung
anarkis.
Pengamat sosial politik Datuak Alat Tjumano dalam
pernyataannya, Sabtu (12/10), mengakui, meskipun rencana aksi massa di
Jakarta tidak nampak spektakuler, namun dampaknya terhadap lalu lintas
perlu diwaspadai.
"Khusus rencana aksi massa yang ditujukan ke
Istana, dengan jumlah massa sekitar 1.000 orang diperkirakan masih akan
dapat dikendalikan untuk tidak bersifat anarkis,” jelasnya.
Namun
dia mengingatkan, rencana mogok selama tiga hari bisa berubah bersifat
anarkis dengan sasaran infrastruktur industri, apabila aksi mogok
dilakukan di pabrik-pabrik tetapi tidak bekerja.
“Yang memerlukan
pengamatan khusus juga pemogokan di lingkungan pelabuhan kemungkinan
ekses keamanan maupun terganggunya kegiatan operasional Pelabuhan. Oleh
karenanya terjadinya bentrok antara kaum buruh dengan aparatur keamanan
ada kemungkinan bisa terjadi,” tandas alumnus pasca sarjana UI ini
mengingatkan.
Sebelumnya, Presiden Konfederasi Serikat Pekerja
Indonesia (KSPI), Said Iqbal, mengatakan aksi mogok nasional oleh
gabungan serikat buruh nasional dan daerah rencananya akan dilaksanakan
akhir Oktober 2013 sebelum pemerintah mengumumkan penetapan upah minimum
pada 1 November .
"Mogok nasional pasti dilaksanakan. Jumlahnya
sekitar tiga juta orang di 200 Kabupaten-Kota. Kita akan tingkatkan dan
di 20 provinsi. Mogok di pelabuhan seluruh Indonesia, bandara-bandara,
kantor-kantor, pabrik-pabrik pasti akan terjadi," kata Said Iqbal, saat
menghadiri Konsolidasi Nasional Aliansi Buruh se-Indonesia kepada di
Jakarta Senin lalu. [zul]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar