VIVAnews - Tahun 2011 subsidi harga BBM untuk transportasi dan LPG adalah Rp165 triliun dan subsidi untuk listrik --yang sebagian besar diakibatkan oleh BBM-- Rp66 triliun, sehingga totalnya Rp231 triliun. Padahal pendapatan pemerintah dari migas hanya Rp272 triliun.
Lebih baik subsidi harga BBM tersebut digunakan untuk membuat orang-orang miskin menjadi lebih sejahtera, perdesaan dan daerah lebih maju, infrastuktur lebih baik, dan kemampuan nasional meningkat sehingga kita bisa lebih mandiri. Produksi migas dan tambang, pertanian, pesawat, mobil, kapal, kereta api, senjata nasional meningkat, dan Indonesia lebih cepat menjadi negara maju yang terpandang.
Jangan membandingkan Indonesia dengan Nigeria. Cadangan minyak terbukti Nigeria 36 miliar barel dan Indonesia 3,7 miliar barel. Produksi minyak Nigeria 2,6 juta barel per hari sedang Indonesia 0,9 juta barel per hari. Penduduk Nigeria 136 juta dan Indonesia 241 juta, sehingga konsumsi minyak Nigeria diperkirakan 0,65 juta barel per hari dan Indonesia 1,3 juta barel per hari.
Jadi, kalau penduduk Nigeria protes harga BBM dinaikkan maka wajar saja, karena Nigeria kaya minyak. Hanya negara yang kaya minyak seperti Saudi dan Venezuela, BBMnya murah sekali.
Produksi minyak Indonesia 2011 adalah 902 ribu barel per hari, ekspornya 361 ribu barel per hari dan Impor minyak 272 ribu barel per hari dan BBM 499 ribu barel per hari. Mengimpor minyak dan BBM 771 ribu barel per hari menunjukkan bahwa kita tidak kaya minyak. Padahal minyak adalah energi yang paling mahal. Orang yang tidak kaya tetapi memakai barang mahal pasti hidupnya susah.
Negara-negara Amerika Latin yang anti Neolib seperti Brasil, Argentina, dan Chili BBM-nya tidak disubsidi, akibatnya Bahan Bakar Nabati (BBN) dan Industri Nasional seperti mobil, pesawat, senjata, dan pertanian berkembang.
Bahkan Brasil sekarang menjadi negara idola selain Rusia, India, Cina, dan Korea (BRICK). Brasil bahkan sudah menguasai teknologi migas lepas pantai. Cadangan dan produksi minyaknya meningkat pesat. Petrobras adalah perusahaan migas terpandang di dunia.
Di India maupun Cina, dan bahkan Vietnam tidak ada subsidi BBM. Tetapi transportasi umum disubsidi sehingga nyaman dan industri nasionalnya meningkat pesat.
Cara kurangi subsidi
Ada tiga jalan mengurangi subsidi bahan bakar minyak itu.
Pertama, naikkan harga Premium untuk mobil pribadi tiap tahun, sebagai contoh 1 April 2012 menjadi Rp6.000 per liter, 2013 menjadi Rp7.000 per liter, dan 2014 menjadi Harga Pasar (sekirtar Rp8.000 per liter).
Kedua, naikkan harga Premium untuk mobil pribadi secara otomatis 5 persen tiap bulan. Akibatnya dalam 18 bulan harga menjadi Rp8.100 per liter. Hal ini pernah diberlakukan di Inggris untuk penyesuaian harga listrik.
Ketiga, naikkan harga Premium 1 April 2012 menjadi harga pasar (sekarang Rp8.200 per liter) untuk Jakarta dulu lalu disusul daerah-daerah lainnya sampai akhir 2014.
Harga Premium terdiri dari biaya premium + alpha + pajak. Saat ini biaya premium (US$110 per barel) atau Rp6.500 per liter dan margin Rp700 per liter, dan pajak 15 persen Rp1.000 per liter, maka harga premium adalah Rp8.200 per liter.
Apabila 1 April 2012 ini alpha (biaya distribusi + margin) dan pajak ditanggung pemerintah, maka harga Premium adalah Rp6.500 per liter. Lalu, pada 1 April 2013 bisa hanya pajak yang ditanggung pemerintah, sehingga harga Premium Rp7.200 per liter. Selanjutnya, pada 1 April 2014 dikenakan pajak, maka harga Premium Rp8.200 per liter (tergantung harga minyak dan kurs dolar).
Catatan untuk semua opsi di atas adalah mulai 1 April 2012 (bahkan sebaiknya mulai hari ini), transportasi umum harus diperbaiki, dan kendaraan umum agar beralih ke BBG. Kendaraan pribadi dapat memakai BBM tidak bersubsidi atau BBG.
Widjajono Partowidagdo, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral. Profesor perminyakan di Institut Teknologi Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar