TEMPO.CO, Surabaya - Perusahaan dan pusat-pusat perbelanjaan atau mal ternyata merupakan penyumbang terbesar pemborosan energi listrik di Indonesia. Bahkan satu mal besar di Jakarta bisa menghabiskan listrik setara kebutuhan dua kabupaten di Jawa. "Banyak mal besar yang belum sadar pentingnya hemat energi,” kata Kepala Energy Efficiency in Industry, Commercial and Public Sector, Melany Tedja, Selasa, 17 Januari 2012.
Energy Efficiency in Industry Commercial and Public Sector merupakan sebuah program kerja sama antara Pemerintah Indonesia dan Denmark dalam masalah hemat energi.
Data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menunjukkan bahwa pengguna energi terbesar adalah sektor perusahaan yang mencapai 51,86 persen. Kemudian sektor transportasi 30,77 persen, diikuti sektor rumah tangga 13,08 persen, dan sektor komersial lainya sebesar 4,28 persen.
Dari sektor industri setidaknya terdapat 600 perusahaan yang mengkonsumsi hingga 40 persen dari total kebutuhan listrik nasional. "Setiap perusahaan konsumsi energi listrik di atas enam ribu ton oil equivalent atau setara enam ribu ton barel minyak," ujar Melany.
Menurut Melany, Indonesia telah menargetkan pengurangan energi listrik hingga 33 persen pada 2025. Pengurangan dilakukan dengan efisiensi peralatan listrik. "Bukan pengurangan alat listrik, tapi mengefisienkan alat listrik yang ada," ucapnya.
Melalui program efisiensi, Melany optimistis target pemerintah untuk menghemat hingga 33 persen di tahun 2025 bisa terlampaui. Dia mencontohkan di sektor industri tekstil Indonesia ternyata lebih boros tiga kali lipat ketimbang industri serupa di India.
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang Indonesia Jawa Timur, Nelson Sembiring, menjelaskan tujuan dari efisiensi energi adalah untuk mendorong implementasi dari efisiensi industri, kususnya di sektor komersial ataupun sektor publik. "Masyarakat juga harus mulai hemat, lampu pijar yang 100 watt, misalnya, bisa diganti dengan LED yang setara dengan 5 watt," tuturnya.
Hemat energi ini juga bisa dilakukan dengan hal-hal kecil. Misalnya colokan listrik yang tidak terpakai dan dibiarkan tetap menancap ternyata juga berpotensi untuk pemborosan energi. "Kalau kita hitung, satu kantor yang tertib mencabut colokan listrik bisa menghemat sampai Rp 6 juta per tahun."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar