TEMPO.CO, Depok--Masih
banyak sekolah dasar negeri di Kota Depok yang tak layak dipakai
kegiatan belajar mengajar. Selain kondisi fasilitas tak memadai, banyak
SDN yang berdiri dengan kondisi memperihatinkan, seperti satu area
dijadikan dua sekolah. Sehingga sekolah tak memiliki sarana untuk
siswanya beraktivitas di luar kegiatan belajar mengajar (KBM).
Seperti
yang terjadi di SDN 4 Cisalak di Jalan Raya Bogor, Cimanggis, Depok.
Dalam satu area itu berdiri dua bangunan sekolah, yaitu SDN 4 Cisalak
dan SDN RRI yang hanya memiliki masing-masing lima ruang kelas. Mereka
hanya memiliki satu lapangan upacara, masing-masing satu toliet, dan
tidak memiliki kantin.
"Cuma satu toilet yang bisa digunakan.
Karena satunya lagi rusak sejak lama," kata Kepala SDN 4 Cisalak, Haris
Fadillah, Ahad, 20 Oktober 2013. Toilet itu terbuat dari bangunan semi
permanen dan terletak di belakang gedung sekolah.
Sebenarnya,
SDN 4 Cisalak memiliki dua toliet, tapi satu di antaranya rusak sejak
lama dan tidak bisa digunakan. Walhasil, sebanyak 290 siswa SDN tersebut
menggunakan toilet itu secara bergantian. "Toilet mampet sudah sejak
2012. Jadi ya anak-anak bergantian pakai satu kamar mandi," kata dia.
Haris mengaku tidak bisa berbuat apa-apa karena biaya operasional
sekolah bergantung pada kebijakan Dinas Pendidikan. Sekolah juga tak
mampu memperbaiki sendiri karena tidak ada anggaran yang dimiliki
sekolah. Selain kekurangan toilet, sekolah yang berdiri sejak tahun 1990
itu juga tak memiliki kantin sehat. Kantin sekolah hanya terbuat dari
tenda seadanya yang letaknya hanya dua meter dari toilet. "Ya beginilah
kondisinya. Kantin seadanya," kata Haris.
Haris mengaku, sampai
saat ini belum ada berita bagus dari pemerintah soal perbaikan sekolah.
Karena itu dia berharap ada pihak swasta yang mau membantu sekolah
mereka. Karena sarana toilet dan kantin sangat dibutuhkan untuk
menunjang kesehatan anak didiknya. "Idealnya dua toilet lagi. Karena
siswa sering berebut kalau mau ke toilet," kata dia.
Dua SDN
itu berdiri di atas lahan yang terbatas, yaitu sekitar 1000 meter
persegi. Letak sekolah juga sangat mengkhawatirkan karena berada
diantara jalan raya dan kali. Pintu gerbang sekolah berbatasan langsung
dengan jalan Raya Bogor. Bagian belakang sekolah langsung mentok dengan
Kali Baru yang bisa saja mengakibatkan longsor.
Sekretaris
Dinas Pendidikan Kota Depok, Muhammad Nurdin mengakui masih banyaknya
sekolah dengan kondisi serupa di Depok. "Memang mengkhawatirkan,"
katanya. Namun, dia mengklaim saat ini mereka sedang melakukan pendataan
terhadap jumlah SDN di Depok. Menurut Nurdin, SDN yang ada saat ini
nantinya akan dipetakan, mana sekolah yang termasuk ideal dan tidak.
"Karena pemecahannya tidak bisa disamaratakan," katanya.
Nurdin mengatakan, untuk sekolah-sekolah yang kondisinya seperti SDN
Cisalak dan RRI, mereka mengusulkan untuk dilebur saja sehingga
pemerintah bisa membangun sarana pendukung. "Karena sekolah itu kan
memang berdiri di lahan yang terbatas," kata Nurdin. Peleburan, kata
dia, bisa mengefektifkan dan memaksimalkan operational sekolah.
"Memiliki satu lapangan upacara yang baik, sanitasi yang baik, dan juga
kantin sehat," katanya.
Saat ini jumlah SDN di Depok mencapai
284 sekolah. Hanya saja, Nurdin tidak dapat merinci berapa sekolah
dengan kondisi tidak layak seperti SDN 4 Cisalak dan SDN RRI. Wilayah
dengan jumlah sekolah terbanyak ada di kawasan padat penduduk misalnya
Kecamatan Pancoran Mas, Beji dan Cimanggis. "Targetnya tiga tahun ke
depan akan dilakukan peleburan. Jadi tidak ada lagi sekolah dengan
kondisi seperti SDN 4 Cisalak," katanya.
Berdasarkan pantauan,
beberapa sekolah yang juga berdiri di satu lokasi adalah SDN Kemiri Muka
II dan Kemiri Muka III yang berlokasi di Jalan Juanda, Kemirimuka,
Beji, Depok. Dua sekolah itu sudah tidak layak karena kerap bocor.
Bangunan sekolah sengaja tidak diperbaiki karena rencana akan
direlokasi. Kemudian SDN Cipayung dan SDN Sukmajaya III yang berada di
Jalan Tole Iskandar, Sukmajaya, Depok. Pada 2012, siswa dua sekolah ini
pernah menumpang di sekolah lain karena gedung sekolah mereka mangkrak.
ILHAM TIRTA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar