Prins David Saut - detikNews
Jakarta - Komite Nasional Keselamatan Transportasi
(KNKT) melakukan investigasi dalam peristiwa KRL versus truk tangki di
Bintaro pada 9 Desember 2013 silam. Temuan sementara, arus lalu lintas
sebelum terjadi tabrakan tak terlalu padat.
"Menjelang kejadian,
suasana lalu lintas tak terlalu padat. Tapi ada dua motor di depan truk
tangki," kata Ketua Sub Komite Perkeretaapian Eddy Sasongko di Gedung
KNKT, Jalan Medan Merdeka Timur, Jakarta Pusat, Senin (30/12/2013).
Eddy
menambahkan, kernet truk bermuatan 24 ribu liter premium itu telah
memperingatkan sang sopir. Namun sopir hanya menjawab sekenanya.
"Pengemudi
mengatakan, 'Ya, saya mau gimana lagi? Ada motor di depan'," kata Eddy
menirukan pernyataan sopir truk tangki Pertamina.
Alhasil,
tabrakan hebat yang menewaskan 7 orang tersebut tak terhindarkan. Tak
hanya itu, keberadaan bangunan sekitar rel dan pohon juga berpengaruh
terjadinya peristiwa itu.
"Permukaan jalan sebidang tak rata
dengan permukaan rel, kondisi rambu, jarak dan fungsi tidak maksimal
menarik perhatian. Semboyan 35 tentang kewaspadaan kereta api tidak ada.
Pintu menutup dengan lambat sehingga tangki bisa melintas," kata Eddy.
"Bangunan
dan pohon menghalangi pandangan pengendara melihat datangnya kereta
api. Investigasi masih berlangsung dan memerlukan data-data tambahan,"
ujar Eddy menambahkan.
KNKT juga mengapresiasi langkah
kepolisian, PT KAI, dan Pertamina yang langsung membuat pencegahan
seperti pemberlakuan satu arah di lokasi perlintasan dan pemasangan
rambu-rambu perlintasan KA yang lebih lengkap. Namun dalam
rekomendasinya, KNKT juga meminta Pemprov DKI menertibkan bangunan liar
di titik-titik perlintasan sebidang KA dan merapikan dahan-dahan yang
menghalangi rambu lalu lintas.
"Rekomendasi seperti menertibkan
bangunan yang menghalangi pandangan pengendara untuk melihat rambu atau
kereta yang melintas," tutup Eddy.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar