BERBUAT BENAR ADALAH KEHARUSAN, BERBUAT TIDAK BENAR ADALAH KETIDAK HARUSAN

Selasa, 10 November 2015

Begini Cara Pers Indonesia Melaksanakan Revolusi Mental

JAKARTA – Kalangan media diminta melakukan revolusi mental dalam menjalankan tugas sehari-hari sebagai penerang kehidupan berbangsa dan bernegara. Salah satunya adalah dengan menempatkan kepentingan publik di atas kepentingan pribadi dan golongan, bahkan kepentingan pemilik media.
Hal itu disampaikan Presiden Komisaris SCTV, Eddy K Sariastmadja saat berdialog dengan Dewan Pers, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dan Panitia Hari Pers Nasional (HPN) 2016 di kantornya, lantai 22, SCTV Tower, Senayan City, Jakarta, Senin (9/11).
“Pers bertugas mentransformasi kehidupan kita dari keburukan menjadi kebaikan,” kata Sariaatmadja yang dalam kesempatan itu didampingi Wakil Preskom SCTV Maria Suryani Zaini dan Presiden Direktur SCTV Sutanto Hartono.
Menurut Sariaatmadja, belakangan ini kerap ditemukan karya jurnalistik yang terlalu vulgar, kontraproduktif dan malah merusak kehidupan pribadi tertentu. Belum lagi, ada produk jurnalistik yang dipengaruhi euphoria dan pesan sponsor.
“Pemilik media seharusnya tidak berpolitik apalagi punya partai politik,” ujar Eddy K Sariaatmadja lagi.
Ketua Umum PWI Margiono mengatakan, kritik yang disampaikan Eddy K Sariaatmadja beralasan dan dapat dipahami. Fenomena seperti yang disampaikan Sariaatmadja memang terjadi. Karena itu pula, sambung Wakil Ketua Dewan Pers ini, sejak beberapa tahun belakangan masyarakat pers Indonesia menggalakkan uji kompetensi wartawan untuk meningkatkan kualitas karya jurnalistik.
“Pekerjaan kita memang tidak ringan, kita harus menanamkan semangat perubahan ke arah yang lebih baik di tengah masyarakat, di saat bersamaan juga menanamkan semangat yang sama di kalangan pers Indonesia,” ujarnya.
Adapun Penasihat PWI Sofyan Lubis mengatakan, wartawan wajib memegang teguh Kode Etik Jurnalistik dalam menjalankan tugas harus meluruskan niat dalam menjalankan tugasnya yakni untuk kepentingan umum dan masyarakat luas.(fas/jpnn)

Tidak ada komentar: