BERBUAT BENAR ADALAH KEHARUSAN, BERBUAT TIDAK BENAR ADALAH KETIDAK HARUSAN

Rabu, 25 September 2013

KNPI ajak Pemuda Kawal Pemilu Jurdil

INILAH.COM, Jakarta - Pemilihan Umum (Pemilu) akan digelar 2014 mendatang. Pemilihan umum untuk memilih wakil rakyar dan presiden tersebut diharapkan bisa berjalan jujur, adil, dan transparan.

Untuk itu, agar Pemilu yang digelar dapar berjalan Jurdil, maka harus adanya pengawasan dari semua pihak, khususnya kaum muda.

Ketua DPP KNPI Fadly Alamin Hasyim mengatakan, peran pemuda sangat signifikan dalam mengawal proses Pemilu. Pemuda, kata dia, dapat bekerjasama dengan KPU, Bawaslu dan partai politik sehingga tidak terjadi instabilitas politik dalam negeri.

"Semua peran bisa dimainkan bagimana pemilu bisa jurdil sesuai cita-cita negeri ini," kata Fadly dalam diskusi bertajuk "Peran Pemuda dan Masyarakat dalam Mencegah Instabilitas Politik dalam Negeri Jelang Pemilu 2014" di Jakarta, Selasa (24/9/2013).

Fadly menguraikan bahwa jumlah pemuda saat ini sebanyak 80 persen atau sekitar 62 juta, sehingga mereka sangat menentukan partai, caleg dan capres mana yang akan menang dalam Pemilu tersebut.

"Saya harap pemuda bisa lebih termotivasi dan memaknai pemilu ini," pungkasnya.

Lebih lanjut, Fadly mengatakan ada banyak hambatan kepada Pemuda dari Pemilu itu sendiri. Misalnya adanya dominasi orang tua dalam partai politik. Oleh partai, anak muda kerap kali dianggap tida mapan dan tidak berpengalamam.

Kemudian, hambatan lainnya adalah adanya kultur dinasti di partai politik, seperti di Partai Demokrat, PDI Perjuangan dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Dicontohkannya, seperti di Demokrat kita bisa lihat Ketumnya SBY dan anaknya (Edhi Baskoro Yudhoyono) Sekjen. Begitu juga di PDIP yang masih berjalan. Megawati Ketum dan Puan Maharani ketua fraksi. Di PPP, Suryadharma Ali ketum dan istrinya salah satu ketua

"Kultur dinasti ini masih mewabah dan banyak partai yang masih menganut sistem ini. Tapi yang terpenting bagaimana pemuda melakukan pengawalan jumlah suara di TPS. Saya kira anak-anak muda bisa memerankan di situ. Karena banyak kecurngan-kecurangan di sana," jelas Fadly.

Sementara dalam diskusi yang diselenggarakan The Jakarta Institute ini, hadir Pengamat Nia Elvina, Ketua DPP PPP Fernita Darwis, Pengamat muda Nia Elvina, dan Anggota Bawaslu Daniel Zuchron dan Ketua Umum PN GMII M. Niko Kapisan.[dit]

Tidak ada komentar: