VIVAnews - Direktur Utama PT Pertamina, Karen
Agustiawan, Kamis 5 September 2013, mengakui impor bahan bakar minyak
(BBM) sebagai salah satu faktor penyebab neraca perdagangan Juli
mengalami defisit.
"Itu karena ada kenaikan permintaan pada Juli
karena Lebaran. Tapi, pada Agustus, impor BBM sudah turun," kata Karen
di SPBU Daan Mogot, Jakarta Barat.
Namun, Karen tidak menyebutkan
angka penurunan impor BBM pada bulan ini. "Saya berharap, kalau
biosolar bisa efektif, tentu akan mengurangi impor solar," kata dia.
Badan
Pusat Statistik menyebutkan, neraca perdagangan pada Juli 2013 defisit
sebesar US$2,31 miliar atau sekitar Rp25.652 triliun. Defisit ini
sebut-sebut sebagai yang tertinggi sepanjang sejarah RI, bahkan konon
terhitung sejak zaman kolonial.
Defisit perdagangan terjadi
karena impor migas yang sangat besar, jauh melampaui ekspor. Perdagangan
di sektor ini defisit hingga US$1,86 miliar, sedangkan komoditas non
migas hanya US$0,45 miliar.
Bila dihitung sepanjang Januari-Juli,
neraca perdagangan defisit US$5,65 miliar. Jumlah itu berasal dari
defisit migas US$7,63 miliar, sedangkan perdagangan non migas justru
surplus US$1,98 miliar.
Menteri Perdagangan, Gita Wirjawan,
mengatakan defisit perdagangan migas meningkat pada Juli karena
tingginya volume impor untuk menambah persediaan bahan bakar menjelang
Idul Fitri. Menurut catatan BPS, pada Juli lalu, setidaknya impor minyak
dan gas naik 24 persen dibandingkan Juni.
"Pada Agustus sudah tercermin ada pengurangan importasi BBM, karena itu bisa membantu neraca perdagangan kita," kata Gita. (eh)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar