BERBUAT BENAR ADALAH KEHARUSAN, BERBUAT TIDAK BENAR ADALAH KETIDAK HARUSAN

Minggu, 08 Desember 2013

KTM WTO: Presiden Berterima Kasih Pada Pihak Yang Terlibat Perumusan Paket Bali

Oleh : DESK INFORMASI
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyampaikan ucapan terima kepada semua pihak yang terlibat dalam perumusan Bali Package (Paket Bali) pada Konperensi Tingkat Menteri (KTM) ke-9 World Trade Organization (WTO) di Nusa Dua, Bali, Sabtu (7/12) dinihari.
.”Presiden mengucapkan terima kasih kepada semua pihak terutama kementerian teknis dan pihak-pihak yang terlibat dalam perumusan Bali Package dan membuat pertemuan KTT 9 Bali menjadi berhasil,” kata Prof. Firmanzah, Ph.D, Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi dan Pembangunan, di Surabaya, Jatim, Sabtu (7/12) sore.
Sebagaimana diketahui KTM WTO yang ditutup Sabtu sore telah menghasilkan Paket Bali yang berisi tiga poin penting, yaitu:
1. Paket Kebijakan Untuk Negara Kurang Berkembang: Menjamin akses negara berkembang untuk mengeskpor produk-produknya ke negara maju;
2. Fasilitasi Perdagangan: Menyepakati pengurangan hambatan perdagangan;
3. Kebijakan Mengenai Produk Pertanian: Menyepakati keleluasaan bagi negara berkembang dengan jumlah penduduk besar, termasuk India dan Indonesia, untuk memberikan subsidi harga kepada petani dalam upaya menjamin ketersediaan pangan bagi rakyat miskin.
Untungkan Indonesia
Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, Prof. Firmanzah Ph.D mengatakan,   menyangkut penyederhanaan prosedur dan birokrasi terkait dengan kegiatan ekspor impor itu akan sangat membantu untuk menambah volume perdagangan dunia sebesar 1 triliun dollar AS dari saat ini. Ia menilai keberhasilan WTO menyamakan persepsi 3 (tiga) kelompok negara (negara maju, berkembang dan mikin) dari 159 anggota WTO yang sebelumnya sempat deadl itu patut disyukuri.
Indonesia sangat berkepentingan terhadap kesepakatan KTM kali ini karena kita saat ini meningkatkan ekspor kita dan di tengah pelemahan ekonomi dunia ketika masih ada restriksi tentunya ini bisa menghambat volume dan nilai ekspor. Indonesia juga berkepentingan sebagai negara berkembang untuk menyuarakan dan memperjuangan aspirasi negara-negara berkembang dalam sidang WTO,” ungkap Firmanzah.
Ia juga menyebutkan, kesepakatan yang diambil pada KTM WTO di Bali itu menunjukkan bahwa peran dan kontribusi Indonesia di dunia internasional semakin strategis. Bagi negara maju juga negosiasi dan kesepakatan juga menampung kepentingan dan aspirasi mereka.
“Presiden SBY menyambut baik karena ini merupakan kontribusi kepada dunia. Selama ini beberapa kali pertemuan WTO baik tingkat menteri maupun general assembly mengalami deadlock, dan di Bali bisa menyatukan 3 kelompok negara. Ini merupakan hal yang besar bagi Indonesia,” papar Firmanzah.
Sebelum ini, Presiden SBY tidak dapat menyembunyikan kegembiraannya setelah mendengar kabar bahwa Konperensi Tingkat Menteri (KTM) ke-9 Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) di Nusa Dua, Bali, yang ditutup pada Sabtu (7/12) telah mencapai kesepakatan, dan menghasilkan rumusan Bali Package.
“Alhamdulillah Bali Package akhirnya dengan sangat alot kemarin diupayakan,  dan siang ini deal telah bisa dicapai,” kata Presiden SBY kepada wartawan sebelum menerima di ruang tamu Gedung R. Soebijanto, Gedung Akademi Angkatan Laut (AAL) Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (7/12) siang.
Presiden yang berada di Gedung AAL Surabaya untuk menerima CEO Royal Dutch Shell, Peter Voser, mengaku gembira karena dari tanah Indonesia kini dapat dikembangkan negosiasi perdagangan ke tingkat lebih lanjut. Presiden pun menilai paket yang dihasilkan itu bertujuan baik, sehingga disepakati oleh mayoritas peserta konferensi.

"A new good beginning. Dengan catatan, negosiasi berikutnya lagi harus ada fleksibilitas, take and give. Yang penting, developing countries, negara berkembang, dan petani, juga diperhatikan dalam tata perdagangan yang fair and justiceFree and fairNot only free trade, but free and fair trade. Ideologi kita begitu," kata Presiden. (Humas Setkab/AS/ES)

Tidak ada komentar: