Novi Christiastuti Adiputri - detikNews
New York - Untuk pertama kalinya, dua menteri luar
negeri Amerika Serikat dan Iran akan menggelar pembicaraan terkait isu
program nuklir Iran. Hal ini dianggap sebagai terobosan diplomatik
karena hubungan diplomatik kedua negara terputus sejak Revolusi Islam
tahun 1979 silam.
Menteri Luar Negeri (Menlu) AS John Kerry dan
Menlu Iran Mohammad Javad Zarif akan bergabung dengan negara-negara lain
seperti Inggris, China, Prancis, Jerman dan Rusia dalam sidang yang
digelar di markas PBB di New York, AS. Demikian seperti dilansir AFP, Selasa (24/9/2013).
Kontak
antara pejabat AS dengan pejabat Iran memang tergolong langka sejak
tahun 1979 lalu. Kedua negara selalu terlibat adu argumen dan saling
tuding, mulai dari soal isu nuklir hingga ancaman serangan AS ke negara
Islam tersebut.
Bahkan meskipun Presiden Iran Hassan Rowhani
telah menegaskan bahwa Iran tak pernah berniat menciptakan bom nuklir,
AS dan sekutunya masih meragukan pernyataan tersebut. AS bahkan
terang-terangan menyatakan menunggu tindakan nyata dari Iran untuk
membuktikan keseriusan atas pernyataan tersebut.
Jadwal pertemuan
antara Menlu Kerry dengan Menlu Zarif ini seolah membuka lembaran baru
dalam hubungan diplomatik AS-Iran. "Pembicaraan ini mampu menunjukkan
tingkat keseriusan dari menteri-menteri kami dan apakah mereka memiliki
proposal yang konkret dan apakah ada unsur ofensif di dalamnya," ucap
seorang pejabat senior AS.
Secara terpisah, Menlu Zarif
memastikan jadwal pertemuan dengan AS melalui halaman Facebook-nya.
Menurut Zarif yang mengenyam pendidikan di AS ini, pertemuan tersebut
akan digelar pada Kamis (26/9) mendatang.
Menlu Zarif menuturkan
dirinya sudah berbicara dengan Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa
Catherine Ashton khusus untuk membahas niat Iran melakukan perundingan
dengan negara-negara lain terkait isu nuklir.
"Kerangka kerja
konseptual demi mencapai solusi yang mampu menjamin hak setiap rakyat
Iran dan akan menarik sanksi. Ini menjadi bukti bahwa dia menanggapinya
secara positif," imbuhnya.
Pekan ini, Presiden Rowhani bertolak ke New York untuk menghadiri Sidang Majelis Umum PBB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar