Laporan: Dar Edi Yoga
RMOL. Pertamina Foundation, saat ini, akan lebih memfokuskan pengembangan pendidikan di wilayah Indonesia bagian Timur.
Untuk
itu sebanyak 12 Relawan Guru Sobat Bumi akan diberangkatkan ke
Kabupaten Keerom dan Kabupaten Wamena Propinsi Papua untuk pengabdian
mengajar kepada anak-anak di kedua wilayah tersebut.
"Mereka
mempunyai hak yang sama dengan anak-anak lain di Indonesia. Anak-anak
ini juga perlu sentuhan," tegas Direktur Pendidikan Pertamina Foundation
Ahmad Rizali di Jakarta pagi ini, Selasa, (24/9).
Relawan Guru
Sobat Bumi merupakan program Pertamina Foundation yang awalnya
direncanakan untuk membantu pemberantasan Buta Huruf bagi ribuan
anak-anak TKI di Sabah Malaysia. Alasannya, anak-anak TKI Malaysia
mempunyai hak sama untuk mendapatkan pendidikan seperti anak-anak lain
di Indonesia.
Untuk mewujudkan program yang sudah disiapkan
sejak Juni 2012 itu, Pertamina Foundation telah mengirimankan 13.000
buku teks untuk SD kelas 1 sampai kelas 3."Selain itu, kami juga telah
mengirimkan Buku Belajar Membaca ke Sekolah Indonesia Kota Kinabalu
melalui Konjen Kota Kinabalu pada Desember 2012," tegas Ahmad.
Keseriusan
Pertamina Foundation untuk membantu pengembangan pendidikan anak-anak
TKI di Malaysia juga diwujudkan dengan memberikan beasiswa penuh. Saat
ini ada 10 siswa lulusan SIKK dan Comunity Learning Centre (CLC) di
Sabah yang tengah belajar di SMA dan SMK Binaan Pertamina Foundation di
Denpasar, Malang dan Probolinggo.
Ahmad menegaskan, Program
Relawan Sobat Bumi mendapat dukungan dari pemerintah. Pada bulan Mei
2013, Pertamina Foundation diberikan kesempatan audiensi di depan Wakil
Presiden Boediono. "Wapres sangat antusias dan mendukung program ini,"
cetusnya.
Namun, sejak terpilih 15 relawan guru yang diseleksi secara ketat pada Mei 2012, clearance
dari Malaysia belum juga dikeluarkan hingga kini. Padahal, para
relawan guru ini sudah memiliki komitmen siap bertugas dan meninggalkan
semua aktivitasnya.
"Maka kami putuskan pengabdian mereka
dialihkan untuk Indonesia Timur. Kalau ditunda terlalu lama semangat
mereka bisa turun. Saat ini saja ada tiga relawan guru yang tidak bisa
ditahan untuk mundur. Tapi tidak apa-apa, di Indonesia Timur pengabdian
mereka juga sangat dibutuhkan," terang Ahmad.
Ahmad menambahkan, untuk menangani masalah ketiadaan layanan pendidikan di Malaysia,pemerintah tidak bisa melakukannya dengan business as usual. Padahal semestinya, pemerintah bisa menekan Malaysia untuk mengirimkan lebih banyak guru.
"Dalam hal ini Kemendikbud harus aktif mengajak masyarakat di tanah air ikut partisipasi dan difasilitasi penuh," tandas Ahmad.
Ahmad
mengingatkan, jika pemerintah abai dan lalai, maka bisa dianggap
melanggar UU dalam mencerdeaskan bangsa, UU Sisdiknas dan juga UU
Perlindungan Anak.
“Semestinya kedua negara bisa lebih perhatian. Ini masalah hak asasi mendasar manusia lho," demikian Ahmad. [ysa]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar