VIVAnews - Calon Hakim Agung, Sudrajad Dimyati
merasa dirugikan atas pemberitaan yang sudah terlanjur beredar soal lobi
di toilet Gedung Dewan Perwakilan Rakyat pekan lalu. Ia menyesalkan,
keluarganya juga terkena dampak pemberitaan yang kebenarannya belum
terbukti itu.
"Istri saya sakit, anak saya malu masuk kuliah. Anak saya bilang:
'Pak kalau orang lain namanya disingkat. Kok Papah nggak? Padahal Papah
belum tersangka'. Saya lengkap ke gelar-gelarnya," kata Sudrajad di
Gedung DPR, Senin 23 September 2013.
Sudrajad kembali datang ke Komisi Hukum Dewan Perwakilan Rakyat.
Namun, ia belum mengetahui tujuan komisi itu mengundangnya kembali.
Padahal, ia sudah selesai melakukan uji kepatutan dan kelayakan calon
hakim agung pada Rabu 18 September 2013.
Atas peristiwa lobi toilet itu, Sudrajad mengaku pasrah jika
anggota DPR tak lagi memilihnya menjadi hakim agung. Sudrajad juga
mengungkapkan kekecewaannya karena media tidak sepenuhnya memuat
keterangan dia mengenai lobi toilet itu.
Selain itu, Sudrajad juga mempertanyakan tujuan Anggota Komisi III
dari Fraksi PKB, Bahrudin Ansori, bertanya padanya mengenai calon hakim
yang karir dan tidak karir.
"Saya tidak tahu, bagaimana beliau (Bahrudin) buang hajad dan
membawa kertas dengan waktu yang bersamaan. Coba tolong digali dan
diungkapkan maksud tujuan. Saya ingin tahu, kenapa tanya ke saya, kenapa
tidak ditanya panitia seleksi," kata Sudrajad.
Sudrajad, juga mengatakan, bahwa tidak ada amplop berwarna putih
yang dia serahkan ke Bahrudin. "Itu fitnah, ini amplop tebal atau amplop
ptih. Saya sudah berikan penjelasan, tapi tidak ada yang siarkan di
media mana pun. Jadi saya serahkan ke Tuhan, apabila rekan media punya
niat baik, diberikan pahala," kata dia.
Kisruh lobi toilet ini muncul ketika seorang wartawan mendapati
anggota Komisi III dari Fraksi PKB, Bahrudin Nasori, bertemu dengan
calon hakim agung, Sudrajad Dimyati di toilet Komisi VIII DPR. Diduga,
keduanya melakukan lobi-lobi agar Sudrajad bisa lolos menjadi hakim
agung. (adi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar