BERBUAT BENAR ADALAH KEHARUSAN, BERBUAT TIDAK BENAR ADALAH KETIDAK HARUSAN

Kamis, 16 April 2015

Misi apa yang bikin Kopassus diakui dunia?

Reporter : Yulistyo Pratomo
Merdeka.com - Komando Pasukan Khusus, atau disingkat Kopassus merayakan hari jadi ke-63 hari ini. Mereka memulai dari titik nol kini menjelma menjadi pasukan elite dunia. Berbagai macam misi dijalankan tim elite ini, dimulai dari operasi-operasi militer di awal kemerdekaan, merebut Irian Barat (sekarang Papua), penangkapan pimpinan pemberontak hingga pembebasan sandera.

Keberhasilan-keberhasilan yang mereka raih tak hanya mendapat pujian dari dalam negeri, bahkan negara-negara lain sempat memasukkan Kopassus sebagai satu dari tim elite terbaik dunia. Pujian ini tak lepas dari kegiatan operasi mereka yang minim membawa korban dari sipil, dan berhasil melumpuhkan lawan-lawan mereka.

Dengan membawa motto 3B, yakni Berani, Benar, Berhasil menjadi pegangan pasukan ketika menjalani misi di medan tugas paling berat sekalipun.

Berikut misi-misi Kopassus yang pernah dijalani Kopassus hingga diakui dunia:

1.
Pembebasan di Woyla

Merdeka.com - Indonesia dikejutkan dengan aksi pembajakan lima orang teroris yang menamakan diri 'Komando Jihad'. Kelompok yang dipimpin Imran bin Muhammad Zein ini membajak pesawat DC-9 Garuda Indonesia rute Palembang-Medan ini dipaksa terbang menuju Kolombo, namun bahan bakar yang tidak cukup membuat pesawat ini mendarat di Woyla, Thailand.

Setelah empat hari berlangsung, pasukan komando Kopassandha (sekarang Kopassus) di bawah pimpinan Letnan Kolonel Infanteri Sintong Panjaitan menggelar serbuan kilat pada 31 Maret 1981. Seluruh pasukan langsung menyerbu ke dalam dan menembaki sejumlah teroris.

Tidak ada satu pun sandera yang terluka ataupun tewas dalam operasi pembebasan ini. Alhasil, operasi komando ini mendapat pujian dunia.

Pilot pesawat Garuda, Kapten Herman Rante, dan Achmad Kirang, salah satu anggota satuan Para-Komando Kopassandha, meninggal. Sementara lima teroris seluruhnya tewas.

2.
Pembebasan sandera di Mapenduma

Merdeka.com - Sekelompok peneliti yang tergabung dalam Tim Ekspedisi Lorentz di belantara Papua tiba-tiba disergap oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM). Mendapat sejumlah sandera, mereka lantas mengajukan tuntutan kepada pemerintah RI, yakni mengakui kemerdekaan Negara Melanesia Barat.

Upaya pembebasan sandera dipimpin Danjen Kopassus Mayjen Prabowo Subianto. Setelah mendapatkan persetujuan dari pusat dan negara-negara yang ikut dalam negosiasi, pasukan elite TNI ini langsung bergerak untuk membebaskan mereka.

Sebelum operasi pembebasan dimulai, Prabowo membeberkan hasil statistik yang diungkap oleh Federal Bureau of Investigation (FBI). Lembaga ini menilai upaya pembebasan sandera dengan operasi bersenjata 50 persen akan gagal. Alhasil, TNI mengupayakan pendekatan persuasif, namun upaya ini berkali-kali dimentahkan dan diingkari OPM.

Tepat hari ke-130 penyanderaan, Kopassus dibantu pasukan pendukung dari Kostrad dan Kodam Cendrawasih mengejar para penyandera. Lebatnya hutan sempat menyulitkan pasukan, apalagi OPM sangat menguasai medan. Namun, berkat kemampuan survival, mereka berhasil menemukan keberadaan OPM hingga terlibat baku tembak.

Meski operasi berhasil dilaksanakan dan seluruh sandera berhasil dibebaskan, namun 2 dari 11 sandera ditemukan tewas akibat dibacok oleh OPM. Mereka adalah Matheis Yosias Lasembu, seorang peneliti ornitologi dan Navy W. Th. Panekenan, seorang peneliti biologi.

3.
Pendakian Everest

Merdeka.com - Atas prakarsa Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (Danjen Kopassus), Mayor Jenderal TNI Prabowo Subianto, Tim Nasional Indonesia berhasil menancapkan Sang Saka Merah Putih di puncak gunung tertinggi di dunia, Mount Everest di Nepal. Gunung setinggi 8.848 meter di atas laut ini ditaklukkan oleh tim yang sebagian besar berisi pasukan Kopassus dan beberapa orang sipil.

Tim ini berhasil mencapai puncak Everest pada pukul 15.25 waktu Nepal, hari Sabtu 26 April 1997. Keberhasilan ini disampaikan oleh Letkol Inf Pramono Edhie Wibowo dari Katmandu Nepal. Sukses sekaligus menjadikan Indonesia sebagai negara pertama di kawasan Asia Tenggara yang mencapai puncak tertinggi di dunia.

Untuk mencapai puncaknya, tim ini memulai perjalanannya dari jalur selatan Nepal. Tim yang beranggotakan Kopassus, Wanadri, FPTI dan Mapala UI harus melalui sejumlah medan bersalju selama 46 hari sejak 12 Maret 1997. Anggota Tim Selatan, Pratu Asmujiono menjadi yang pertama mengibarkan Sang Merah Putih di Puncak Mount Everest, kemudian disusul Sertu Misirin.

"Allahuakbar, Allahuakbar, Allahuakbar. Komando!" teriak Asmujiono ketika itu.

Sebaliknya, Tim Utara yang terdiri dari Serda Sumardi, Ogum Gunawan Ahmad dan Praka Tarmudi memulai perjalanan pada 22 Maret 1997. Mereka mendaki ke Puncak Everest dari sisi utara Tibet, China.

Setelah 48 hari pendakian, tepatnya pada 8 Mei 1997, mereka membatalkan misi pendakian meski sudah mencapai ketinggian 8.600 meter. Pembatalan ini dilakukan mengingat cuaca yang sangat buruk dan pertimbangan keselamatan pendakian.

4.
Operasi melawan SAS

Merdeka.com - Berbeda dengan ketiga operasi sebelumnya, operasi yang dilakukan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD), sekarang Kopassus di belantara Kalimantan tak pernah diungkap kepada publik. Konfrontasi dengan Malaysia membuat Presiden Soekarno memerintahkan Panglima TNI menggelar Operasi Dwikora dan menggagalkan pembentukan negara Malaysia.

Operasi ini tak pernah diungkap lewat pernyataan perang resmi seperti yang terjadi saat TNI berupaya merebut Irian Barat melalui operasi militer Trikora. Alhasil, TNI tidak mengirimkan pasukan reguler, melainkan para gerilyawan untuk membantu Tentara Nasional Kalimantan Utara (TNKU) melawan Malaysia. Tak hanya itu, personel yang terlibat juga wajib melepas seluruh identitas mereka, termasuk seragam TNI.

Selama beroperasi, mereka tak hanya terlibat bentrok dengan pasukan Malaysia, tapi juga pasukan elite Inggris Special Air Services (SAS). Selain mereka, Inggris juga mengirim pasukan Gurkha dan SAS tambahan dari Selandia baru dan Malaysia.

Komandan Pasukan Inggris di Malaya, Mayor Jenderal Walter Walker merasa SAS diperlukan untuk membendung pasukan gerilya asal Indonesia. Walker tak mau jatuh korban lebih banyak di kalangan Inggris. Pertempuran antara SAS dan Gurkha melawan gerilyawan TNKU berlangsung seru. Lebatnya rimba Kalimantan menjadi saksi pertempuran yang tak pernah diberitakan media tersebut.

Kadang pasukan Inggris mengalahkan gerilyawan TNKU dalam pertempuran. Kadang gerilyawan TNKU yang memukul pasukan SAS dan Gurkha. Sulit untuk mencatat secara pasti data-data pertempuran.

Dari pertempuran di Kalimantan ini pula kemudian SAS belajar mengembangkan taktik gerilya bertempur di hutan. Kalau tak pernah berhadapan dengan pasukan elite Indonesia, mereka tak akan punya taktik ini.



Tidak ada komentar: