VIVA.co.id - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat diramalkan akan kembali melanjutkan tren penguatan, meski dalam jangka pendek di atas level batas atas Rp13.610 per dolar AS.
Analis NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada mengatakan,
meski ada kecenderungan dolar AS mengalami penguatan terhadap mata uang
lainnya di kawasan. Namun, perlambatan ekonomi Tiongkok menghembuskan
sentimen positif terhadap rupiah.
"Adanya rilis pertumbuhan produksi dan investasi Tiongkok yang
menunjukkan perlambatan memberikan tekanan pada laju yuan dan begitupun
dengan sentimen dari dalam negeri yang belum sepenuhnya cukup positif,
namun laju rupiah masih dapat bertahan menghijau," ujarnya di Jakarta,
Kamis, 12 November 2015.
Reza mengatakan, pemberitaan terkait rencana kenaikan The Fed masih
menjadi sentimen tersendiri, namun saat ini sudah mulai berkurang.
Sehingga pelaku pasar kembali masuk ke aset-aset mata uang beresiko,
termasuk di antaranya laju rupiah.
"Adanya sentimen dari rencana stimulus bank sentral Eropa (ECB)
yang berimbas pada penurunan indeks Euro tidak terlalu memberikan efek
negatif pada rupiah."
Berdasarkan data perdagangan Reuters pagi ini, rupiah
mencapai titik terendahnya di level Rp13.550 per dolar AS dan sempat
berfluktuasi ke lebel Rp13.600 per dolar. Data perdagangan pukul 8.30
hingga saat ini dolar AS anteng diperedagangkan pada level Rp13.565.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar