VIVAnews - Harga
minyak dunia kembali anjlok, setelah negara-negara produsen minyak OPEC
memutuskan tidak ada pengurangan produksi, dalam pertemuan mereka di
Vienna, Kamis 27 November.
Sekjen OPEC Abdallah Salem el-Badri yang dikutip BBC,
mengatakan penurunan harga tidak berarti harus disikapi dengan
kepanikan, atau keharusan melakukan sesuatu, dengan menurunkan produksi.
Harga
minyak Brent kini jatuh ke tingkat terendah sejak Agustus 2010, menjadi
$72,58 per barrel. Sementara harga patokan minyak AS turun menjadi
$69,05 per barrel. "Kami ingin melihat pasar," kata Badri.
"Bagaimana
prilaku pasar, karena penurunan harga tidak merefleksikan perubahan
fundamental," tambahnya. Simon Wardell, pakar energi dari Global
Insight, menyebut Arab Saudi dan Teluk dapat bertahan.
Simon
mengatakan Saudi dan negara Teluk lainnya memiliki aset keuangan
signifikan untuk bertahan dengan harga minyak yang rendah. Mereka bisa
mengamankan anggaran tanpa perlu kenaikan harga.
Analis menilai
Saudi sedang berusaha kembali mendominasi pasar minyak dunia, seiring
meningkatnya produksi minyak shale di Amerika Serikat (AS), yang menjadi
salah satu penyebab jatuhnya harga.
Jika harga minyak dunia
terus turun di bawah $70, maka produksi minyak shale akan menjadi tidak
ekonomis. Sehingga menjaga harga minyak tetap rendah, masuk akal bagi
OPEC untuk mendesak AS membatasi produksi minyak Shale.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar