BERBUAT BENAR ADALAH KEHARUSAN, BERBUAT TIDAK BENAR ADALAH KETIDAK HARUSAN

Kamis, 02 April 2015

Kisah Heroik Tim Elite BNN, Hampir Gila 3 Tahun Mengintai tanpa Hasil

 Jpnn
Prestasi Badan Narkotika Nasional (BNN) dalam memberantas peredaran narkoba di tanah air patut diapresiasi. Selain mencegah, BNN berhasil membongkar kasus penyelundupan dan peredaran dengan jumlah barang bukti fantastis. Prestasi itu tidak bisa dilepaskan dari tim elite yang mereka miliki.

ALLAF DZIKRILLAH, Jakarta 

Tatang Arena (bukan nama sebenarnya, Red) mencoret 5 Januari di kalender yang berada di lantai 2 kamar kos di perkampungan nelayan dekat Pelabuhan Dadap, Kota Tangerang. Tanggal tersebut istimewa. Sebab, pada hari itu, anaknya merayakan ulang tahun. Tanggal tersebut juga istimewa karena genap tiga tahun lalu Tatang terpaksa meninggalkan pesta ulang tahun sang anak karena mendapat perintah menyelidiki kasus.
Sambil terus mengarahkan teropong ke arah pelabuhan tikus tersebut, Tatang mengambil ponsel dan menelepon handphone istrinya. ”Halo, Bunda, mana adek?” katanya. Sang istri langsung menyerahkan telepon tersebut ke anaknya yang sedang bersama teman-temannya merayakan ulang tahun di restoran cepat saji. ”Selamat ulang tahun ya, Nak. Bagaimana pestanya? Kamu mau dikado apa?” ujarnya.
Sang anak yang kini sudah berusia enam tahun dengan polos menanyakan kedatangan ayahnya dan mengucapkan selamat ulang tahun secara langsung. Air mata Tatang bercucuran tanpa disadari. Dia pun mengalihkan pertanyaan sang anak dengan menanyakan kado-kado yang diterima dari teman-temannya serta suasana acara. Rongga dadanya serasa meledak lantaran rasa haru bercampur pengharapan yang dalam.
Pagi itu, tinggal Tatang yang berada di sana. Padahal, saat berangkat tugas pada 2012, dia bersama satu tim intelijen BNN. Mereka berangkat untuk mengintai aktivitas sindikat narkoba asal Guangzhou, Tiongkok. BNN mendapat informasi bahwa sindikat internasional itu berencana mendaratkan narkoba dengan jumlah besar di Pelabuhan Dadap. Hanya, waktu persisnya tidak diketahui sama sekali.
Setelah beberapa lama menunggu tanpa hasil, banyak anggota tim yang meninggalkan tugas tersebut dan beralih mengerjakan kasus lain yang menumpuk. Tinggal Tatang seorang diri. ”Saat itu, memang sudah tidak ada petunjuk lagi,” terang pria 34 tahun itu.
Namun, saat hendak menyeruput kopi untuk mengobati rasa kangen kepada anaknya, Tatang terhenyak karena kapal yang tidak pernah terlihat di pelabuhan itu menurunkan paket misterius ke mobil boks. Seorang target yang selama tiga tahun ditunggu terlihat di kapal tersebut. Dia tampak mengawasi aktivitas pembongkaran paket.
Tatang segera menyambar ponsel dan menekan nomor atasannya di Tim Penindakan dan Pengejaran (Dakjar BNN) untuk mempercayai informasi yang diberikan. Dengan logika dan analisis yang mendalam, Tatang meyakinkan Deputi Pemberantasan BNN Kombespol Slamet Pribadi (kini Kabaghumas BNN).
Setelah berhasil meyakinkan Slamet, tim Dakjar BNN dikirim untuk mencegat mobil boks yang telah diidentifikasi dengan detail oleh Tatang. Penantiannya selama tiga tahun berhasil dengan gemilang. Dalam mobil boks itu, ditemukan 800 kilogram sabu-sabu blue ice yang 1 gram seharga Rp 1,7 juta. BNN juga berhasil meringkus Wong Chi Ping berikut delapan anggota sindikat di pertokoan Lottemart di Pegadungan, Kalideres, Jakarta Barat.

Wong Chi Ping oleh bandar-bandar narkoba lokal dijuluki Hongkong Kingpin. Selama 15 tahun, dia mengendalikan peredaran narkoba di Indonesia dan sejumlah kawasan Asia seperti Filipina, Malaysia, Thailand, bahkan Australia dan Amerika Serikat. Kingpin terkenal sangat licin. Dia terus bergerak dengan kecepatan mengagumkan. Hari ini di Bali, besok di Tarakan, lusanya menghilang. Salah satu kunci sukses tetap tidak terdeteksi adalah kegemaran menumpang menginap di rumah penduduk.
Untuk mempersiapkan kedatangan paket sabu-sabu dari Tiongkok, Wong Chi Ping sengaja menyewa rumah mewah di Perumahan Citra Garden III, Kalideres, Jakarta Barat. Dia juga membeli kapal speed boat untuk menurunkan paket dari kapal yang berlabuh di tengah laut. Wong Chi Ping pun menyewa satu Daihatsu Luxio B 1207 SOQ yang digunakan untuk membawa barang dari Dadap ke gudang di Kalideres.
Tangkapan tersebut melebihi rekor yang dicetak pada November 2014 sebesar 140 kilogram sabu-sabu. Kinerja BNN itu juga mengundang decak kagum dari Narcotic Bureau of Hong Kong Police pada 16 Januari lalu.
Slamet mengakui keputusan Tatang untuk mengintai selama tiga tahun sangat sulit. Sebab, Tatang harus berada selangkah di depan sindikat yang bermain sangat rapi tersebut. Namun, standar tinggi seperti itulah yang diterapkan BNN dalam pembentukan tim elite pemberantasan narkoba. (noe)

Tidak ada komentar: