Marwan Ja'far (FOTO ANTARA)
Jakarta (ANTARA News) - Ketua Tim Pemenangan Jokowi-JK, Marwan Ja'far
meyerukan kepada selurh rakyat Indonesia untuk melaksanakan rekonsiliasi
nasional, sehingga banyaknya perbedaan sikap politik antara masyarakat
Indonesia pada waktu Pilpres sudah selayaknya disudahi.
"Oleh
karenanya, harus ada rekonsiliasi nasional untuk Indonesia untuk
menjadikan Indonesia sebagai negara yang lebih baik dan bermartabat,"
ujar Marwan dalam siaran persnya yang diterima di Jakarta, Minggu.
Menurut
Ketua DPP PKB itu. saat ini masyarakat Indonesia harus memulai proses
rekonsiliasi nasional yang bisa membawa Indonesia menjadi negara yang
lebih baik dan bermartabat.
Marwan menyatakan, jika Jokowi-JK
telah dinyatakan resmi sebagai Presiden-Wakil Presiden RI (2014-2019),
maka masyarakat Indonesia mampu menjalin rekonsiliasi nasional dan
mengakhiri pertikaian politik antarmasyarakat yang terjadi saat Pilpres.
"Saya yakin Jokowi-JK mampu memimpin rekonsiliasi nasional, dan
tidak lagi mempermasalahkan pertikaian politik yang terjadi," ujarnya.
Partai
Kebangkitan Bangsa (PKB) bersama partai pendukung pasangan Jokowi-JK,
menurut Marwan, akan mengawal proses rekonsiliasi nasional untuk
menciptakan soliditas kehidupan berbangsa dan bernegara untuk menegakkan
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
"Kemenangan Jokowi-JK
ini kan bertujuan untuk membentuk solidaritas berbangsa dan tegaknya
NKRI. Semua elemen bangsa merupakan kesatuan yang harus dijaga,"
katanya.
Marwan menambahkan, perbedaan yang terjadi pada saat
Pilpres merupakan hal yang wajar terjadi dalam negara yang menganut
sistem Demokrasi. Perbedaan yang terjadi, harus dijadikan sebagai
semangat untuk menciptakan dialektika pemikiran, bukan untuk saling
menghujat dan memprovokasi yang menyebabkan adanya potensi perpecahan
antara masyarakat.
"Perbedaan itu harusnya menjadi vitamin produktif untuk menciptakan dialektika pemikiran," katanya.
Dengan
adanya rekonsiliasi nasional, Indonesia sebagai negara penganut
demokrasi, menurut Marwan akan menjadi rujukan dunia internasional dalam
penyelenggaran Pemilu. "Sebagai negara besar, Indonesia akan menjadi
rujukan negara internasional dalam proses penegakan demokrasi," katanya.
Pemilu
Presiden, 9 Juli 2014, diikuti dua pasangan capres dan cawapres, yaitu
Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla.(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar