Oleh: Iwan Purwantono
INILAHCOM, Jakarta - Kisruh quick count di pilpres 2014 bakal
menjadi preseden buruk bagi seluruh lembaga survei. Rakyat bakal sulit
mempercayai independensi dan akurasi kinerja lembaga survei yang ada.
Hal
ini diungkapkan peneliti senior The Founding Fathers House (FFH). Dian
Permata. Ia mengatakan, kegaduhan para lembaga survei seharusnya tidak
perlu terjadi. Kondisi ini semakin membuat rakyat bingung dan tak
percaya lagi.
‘’Celakanya, para ‘dewa-dewa’ survei yang bertarung
merasa paling benar dan saling serang,’’ katanya kepada INILAHCOM di
Jakarta, Kamis (10/07/2014).
Dikatakan alumnus University Sains
Malaysia (USM) itu, seluruh lembaga survei seharusnya berani terbuka dan
jujur. Kalau mereka adalah bagian dari timses salah satu capres,
sebaiknya dibuka saja.
‘’Ini perlu dilakukan agar kepercayaan
publik bisa diraih kembali. Dua atau tiga minggu menjelang pilpres,
lembaga survei mainstream rajin mengeluarkan hasil risetnya. Tapi,
detik-detik akhir malahan membisu. Ini kan mencurigakan,’’ terangnya.
Selanjutnya,
dia mengingatkan agar seluruh lembaga survei bisa menahan diri. Adanya
perbedaan hasil perhitungan mungkin saja dipicu sistem yang dirusak
melalui jaringan IT. Karena, hitung cepat atau quick count itu sangat
bergantung sistem IT.
‘’Gallup yang menemukan ilmu quick count
saja, pernah meleset saat pilpres Amerika Serikat pada 1948. Apalagi
disini. Sebaiknya tahan dirilah semuanya,’’ tandas dia.[ris]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar