BERBUAT BENAR ADALAH KEHARUSAN, BERBUAT TIDAK BENAR ADALAH KETIDAK HARUSAN

Kamis, 27 Februari 2014

Mendengar Kisah Biru, SBY Menangis

VIVAnews - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menangis ketika mendengarkan kisah Biru, seorang mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi. Itu adalah program beasiswa pemerintah, melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, bagi anak-anak yang kurang mampu.

"Ketika saya melihat testimoni tadi, saya ikut menitikkan airmata, karena itu pulalah yang dulu saya rasakan," kata SBY di hadapan para mahasiswa penerima bidikmisi di Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis 27 Februari 2014.

Ketika mengatakan itu, suara SBY tercekat, dan tak bisa berkata-kata melanjutkan pidatonya. Setelah sekian detik terdiam dan tertunduk, SBY kemudian melanjutkan pidatonya. Dalam pidato itu, dia mengenang kisahnya semasa dia masih menjadi pelajar di kota kecil Pacitan, Jawa Timur.

Menurut dia, dahulu ketika masih di Pacitan, dia memiliki nasib yang sama dengan para mahasiswa penerima bidikmisi ini. "Ayah saya seorang militer pangkat letnan, dengan gaji yang pas-pasan, tentu letnan sekarang jauh lebih baik (gajinya), sahabat-sahabat saya rata-rata adalah mereka yang termasuk keturunan tidak mampu, hanya sedikit teman-teman saya yang tergolong mampu," kata SBY.

Pacitan, kata SBY, dahulu adalah kota kecil yang terisolasi dan termasuk daerah tertinggal. Banyak warga yang tak mampu kala itu, ketika lulus SMA tahun 1968, SBY pun memiliki cita-cita bersama dengan sahabat-sahabatnya. Akan tetapi, ia melanjutkan, untuk membayangkan bersekolah di UGM pun sangat sulit. Tapi, dia tertolong dengan masuk sekolah militer yang saat itu dibiayai negara.

"Saya masih memelihara hubungan yang baik dengan mereka, tentunya pengalaman itulah yang membekas di hati saya," tuturnya.

Untuk itu, SBY berpesan, asal punya semangat, cita-cita dan tekat serta semanhat yang membara pasti semua keinginan akan terwujd.

"Agar kisah teman-teman dan yang saya alami tudak terjadi lagi di masa yang saat ini. Terus menerus mengurangi kemiskinan, pengangguran dan dapat meningkatkan kesejahteraan mereka," kata dia.

Untuk itu, falsafah pembangunan untuk semua, semua harus terangkat. Semua harus merasakan hasil pembangunan itu.

"Pendidikan itu pun pendidikan untuk semua. Tidak boleh ada anak-anak di negeri ini yang karena memiliki kesulitan ekomomi tidak bisa sekolah. Mereka memiliki mimpi-mimpi yang indah, untuk menjadi apa dan siapa di negeri ini," ujar dia.

Kisah Biru

Sebelum menyampaikan pidato itu, ada seorang mahasiswi ilmu Keperawatan di UGM bernama Biru Trodiah yang menyampaikan kisahnya saat menerima program bidikmisi ini.

Dia bercerita, dia berasal dari keluarga buruh tani miskin yang hanya memperoleh uang Rp5 ribu sampai Rp10 ribu perhari. Tetapi dia memiliki cita-cita untuk meneruskan pendidikannya di perguruan tinggi.

"Saya anak pertama, dan pernah bilang kepada orang tua saya mau kuliah. Tetapi, kedua orang tua saya tidak menjawab, mereka hanya tertunduk," ucap Biru.

Tetapi, suatu pagi, lanjut Biru, ayahnya mengayuh sepeda jauh ke kota Klaten, sekedar untuk mencari beasiswa agar Biru bisa sekolah. Sementara Biru, hanya bisa menangis melihat perjuangan ayahnya.

Tetapi, tiba-tiba dia mendapat beasiswa bidikmisi. Sehingga bisa melanjutkan sekolahnya di UGM. Atas program itu, kata Biru, dia sangat berterimakasih.

"Kami berjanji akan menjadi mahasiswa yang berkualitas dan menjadi genetasi emas. Saya berterimakasih pada presiden," kata Biru. (ren)

Tidak ada komentar: