RMOL. Menteri Kebudayaan, Pendidikan Dasar dan Menengah Anies
Baswedan memastikan Kartu Indonesia Pintar (KIP) akan menampung anak
putus sekolah.
”Pada peluncuran pertama, KIP mengakomodir
sebanyak 161.000 siswa di seluruh Indonesia. Jumlah tersebut hanya
diambil dari sebanyak 40 persen siswa yang mengenyam bangku
sekolah,’’ kata Anies.
”Tahun depan, saya pastikan jumlah
penerima KIP akan ditambah dari anak yang tak bersekolah atau putus
sekolah,’’ tambah Baswedan.
Inilah keterengan lengkap Anies Baswedan kepada Rakyat Merdeka di Jakarta, Senin (24/11);
Apa kementerian Anda menyimpan data anak putus sekolah?
Data
anak putus sekolah di Indonesia dipegang Kementerian Sosial. Dalam
waktu dekat, kementerian saya bakal meminta data anak putus sekolah
ke Menteri Khofifah (Menteri Sosial Khofifah Idar Parawansa-red)
untuk dapat diakomodir dalam KIP.
Beberapa hari terakhir ini, kami di kantor menerapkan skenario-skenario jumlah. Tapi berapa jumlah pastinya, belum.
Apa anggaran untuk KIP ini disusun dalam APBN Perubahan 2015?
Ya,
bahwa jumlah penerima KIP tahun 2015 mendatang juga tergantung dari
berapa jumlah anggaran untuk KIP yang disusun dalam APBN Perubahan
2015.
Beban tugas dan mata pelajaran yang banyak memberatkan siswa. Apa Anda sependapat?
Seharusnya
pendidikan itu memberikan efek menyenangkan, bukan malah memberikan
beban kepada siswa. Pendidikan yang menyenangkan bukan berarti
sebagai dua bagian, yaitu pendidikan dan bersenang-senang.
Cara
belajar yang menyenangkan adalah konsep utama dari pendidikan yang
menyenangkan. Jangan disamakan. Karena anak-anak harus tetap belajar
tapi dengan cara menyenangkan. Itu sebenarnya yang menjadi kunci.
Berarti gurunya juga harus mempunyai keahlian agar suasana belajar jadi fun dong?
Para
guru saat ini pasti memiliki teknik agar bisa membuat siswa berminat
belajar, walaupun dengan isi materi yang sama. Anda ingat guru
zaman SD dan SMP, berapa guru yg namanya anda ingat. Pasti yang
diingat adalah yang menyenangkan atau yang bikin sebel.
Bagaimana mewujudkan suasana belajar menyenangkan?
Untuk mewujudkan hal tersebut, saya berencana membuat pelatihan guru yang bersifat teknik, bukan administratif.
Kapan bisa direalisaikan?
Saya belum bisa pastikan kapan realisasi waktunya. Yang jelas, rencananya itu akan diaplikasikan dalam waktu dekat. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar