New York (ANTARA News) - Harga minyak mentah bangkit kembali dengan
tajam dari terendah lima tahun pada Senin (Selasa pagi WIB), dalam apa
yang analis katakan kemungkinan hanya koreksi teknis setelah selama
pekan lalu terjun 10 dolar AS per barel.
Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI)
untuk pengiriman Januari ditutup pada 69,00 dolar AS per barel di New
York Mercantile Exchange, naik 2,85 dolar AS dari tingkat penutupan
Jumat (28/11), yang menghantam titik terendah sejak September 2009.
Dalam pra-pasar perdagangan elektronik, WTI merosot ke serendah 63,72 dolar AS, tingkat yang terakhir terlihat pada Juli 2009.
Di London, minyak mentah Brent untuk pengiriman Januari naik 2,39 dolar
AS menjadi menetap di 72,54 dolar AS per barel. Sebelumnya Brent jatuh
ke 67,53 dolar AS per barel.
Harga minyak telah merosot sejak Juni didorong oleh meningkatnya pasokan
dan melambatnya pertumbuhan permintaan di seluruh dunia. Penurunan
dipercepat pada pekan lalu karena keputusan OPEC untuk mempertahankan
batas atas (pagu) produksi meskipun pasokan global berlimpah.
"Pasar minyak telah berbalik lebih tinggi dari tingkat yang lebih
rendah selama perdagangan overnight ... didasarkan pada evaluasi teknis
yang jatuh 9,00 dolar AS sejak Rabu (26/11) yang sudah cukup untuk
mengekspresikan kekecewaan atas keputusan OPEC," kata Timothy Evans dari
Citi Futures.
"Kita harus melihat apakah keuntungan tetap seperti upaya reli serupa padai Jumat yang ditolak," tambahnya.
Andy Lipow dari Lipow Oil Associates mengatakan, pasar masih melihat
dampak potensial dari kebijakan tidak berubah OPEC, termasuk masa depan
produksi minyak mentah serpih biaya tinggi dari AS, yang bisa menderita
jika harga terus turun.
"Sekarang OPEC telah menyatakan perang harga pada minyak dengan anggota
non-OPEC, orang sedang melihat apakah tingkat pertumbuhan produksi
minyak di AS akan diperlemah oleh harga minyak yang lebih rendah,"
katanya.
Ia juga mengatakan bahwa ada "beberapa short covering" karena investor
yang telah bertaruh pada penurunan harga minyak dikunci dalam keuntungan
setelah penurunan tajam.
Lipow memprediksi bahwa produksi minyak AS akan terus meningkat selama
12 sampai 18 bulan berikutnya karena investasi sudah berjala. "Kemudian
kita akan melihat kemungkinan sebuah perlambatan dalam pertumbuhan di
AS," katanya.
Phil Flynn dari Price Futures Group menunjuk sisi negatif lainnya untuk
harga, seperti data Senin menunjukkan perlambatan manufaktur di
Tiongkok, konsumen energi terbesar di dunia, dan di 18 negara zona euro.
"Di atas semua itu Anda telah melihat Moodys menurunkan peringkat utang
Jepang dan Swiss menolak referendum tentang kepemilikan lebih banyak
dari cadangan mereka di emas dan Anda memiliki pembuatan sebuah krisis
pasar komoditas," kata dia.
"Minyak telah mengalami penurunan terbesar sejak 2008 dan kecuali kita
segera menemukan beberapa stabilitas dalam harga komoditas, berbagai hal
bisa sangat buruk."
(A026)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar