Pewarta: Desca Lidya Natalia
Jakarta (ANTARA News) - Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Abraham
Samad menyatakan anatomi korupsi Indonesia sistematis, terstruktur dan
masif sehingga pemberantasannya harus dilakukan dengan memadukan
penindakan dan pencegahan.
"Oleh karena itu kita bikin cara progresif. Kita harapkan ada
kombinasi pencegahan dan penindakan yang keras. Kalau tidak ada
pencegahan, negeri tidak jalan dan makin banyak korupsi," katanya dalam
Konferensi Nasional Pemberantasan Korupsi di Jakarta, Selasa.
KPK, menurut Abraham, mengubah pendekatan pemberantasan korupsi
dengan mengintegrasikan metode penindakan yang represif dengan
pencegahan.
"Ternyata penindakan yang represif tidak mampu menurunkan angka
korupsi secara signifikan. Belajar dari pengalaman masa lalu,
menggunakan cara baru, pengintegrasian penindakan yang represif," tambah
Abraham.
Yang dilakukan KPK, ia melanjutkan, adalah masuk ke individu maupun ke sistem.
"Kita paham betul, faktor korupsi dua hal yaitu individu yang
terkait dengan moralitas dan integitras. Selanjutnya adalah sistem
karena sebaik apapun orang, kalau sistem yang berlaku adalah untuk
memproduksi korupsi maka orang yang benar akan mudah tergelincir karena
itu kami mengintegrasikan penindakan dan pencegahan," katanya.
Ia menjelaskan pula bahwa ada beberapa hal yang menjadi fokus
perhatian KPK yaitu sektor ketahanan pangan, perikanan, pertanian,
kesehatan dan pendidikan; sektor ketahanan energi; dan sektor pendapatan
negara.
"Seluruh pendapatan dari sektor revenue pajak kita berusaha
perbaiki itu dan sesuai dengan tema KNPK tahun ini yaitu peningkatan
transparansi dan partisipasi publik dalam pencegahan korupsi, tidak akan
akan mungkin KPK berjalan sebagai institusi yang tidak didukung
institusi lain, kita perlu kerja sama yang intensif," tegas Abraham.
Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam konferensi itu menyatakan bahwa
seseorang melakukan korupsi karena punya kesempatan dan kemampuan.
"Kesempatan itu kewenangan. Mengatur negara pada dasarnya harus
punya kewenangan, tapi kalau orang punya kewenangan tidak semuanya
korup, sedangkan kemauan itu pilihan, kalau ada kemauan tapi tidak ada
kesempatan maka tidak bisa korupsi," katanya.
Ia juga mengingatkan para menteri yang hadir dalam konferensi
tersebut seperti Menteri Perekonomian Sofyan Djalil, Menteri Energi dan
Sumber Daya Mineral Sudirman Said, Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly,
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, dan menteri lainnya
untuk tidak korupsi.
"Hari ini banyak saudara-saudara menteri mungkin sebelumnya sangat
bersih karena lolos dari KPK karena tidak punya kewenangan, begitu punya
kewenangan tentu sulit mencari jawabannya karena kasus-kasus yang
terakhir ini yang bersih dan sebagainya begitu punya kewenangan,
bagaimana?" tambah Kalla.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar