VIVAnews - Pemilihan
umum legislatif akan digelar 9 April 2014. Kendati masa kampanye resmi
belum dimulai, banyak calon legislatif yang sudah turun ke daerah
pemilihannya untuk mengenalkan diri kepada masyarakat.
Namun untuk bisa dikenal publik, caleg membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Caleg dari Partai Gerindra, Aryo PS Djojohadikusumo mengaku sudah merogoh kocek hingga Rp6 miliar.
Aryo mewakili daerah pemilihan Jakarta Barat, Utara, dan Kepulauan Seribu. Ditemui usai menjadi narasumber di pemaparan hasil survei Track Pol Institute, Minggu 26 Januari 2014 di Hotel Ibis Tamarib, dia menyebut dana miliaran itu berasal dari dana pribadi dan perusahaan milik keluarga.
"Perusahaan itu bergerak di bidang perkebunan, pertanian, industri makanan, pertambangan, dan logistik," kata dia.
Aryo menjelaskan, dana tersebut paling banyak digunakan untuk membeli alat peraga seperti kartu nama, kaos, dan topi yang kemudian dibagi-bagikan di dapilnya. Belum lagi program ambulans gratis yang telah dia gelar jauh sebelum ikut mencalonkan diri sebagai caleg.
"Untuk penggunaan ambulans gratis dalam sehari bisa memakan biaya Rp5 juta. Dalam lima bulan saja sudah habis dana Rp1 miliar lebih untuk kepentingan sosialisasi itu," imbuhnya.
Dia mengaku telah melaporkan semua penggunaan dana terasebut ke Komisi Pemilihan Umum pada tanggal 27 Desember 2013. Aryo pun berjanji ketika terpilih nanti tidak akan korupsi untuk mengembalikan dana kampanye yang telah dia gunakan.
Berbeda dengan presenter sekaligus aktris Charles Bonar Sirait. Charles enggan membeberkan berapa dana kampanye yang dia siapkan.
Namun untuk bisa dikenal publik, caleg membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Caleg dari Partai Gerindra, Aryo PS Djojohadikusumo mengaku sudah merogoh kocek hingga Rp6 miliar.
Aryo mewakili daerah pemilihan Jakarta Barat, Utara, dan Kepulauan Seribu. Ditemui usai menjadi narasumber di pemaparan hasil survei Track Pol Institute, Minggu 26 Januari 2014 di Hotel Ibis Tamarib, dia menyebut dana miliaran itu berasal dari dana pribadi dan perusahaan milik keluarga.
"Perusahaan itu bergerak di bidang perkebunan, pertanian, industri makanan, pertambangan, dan logistik," kata dia.
Aryo menjelaskan, dana tersebut paling banyak digunakan untuk membeli alat peraga seperti kartu nama, kaos, dan topi yang kemudian dibagi-bagikan di dapilnya. Belum lagi program ambulans gratis yang telah dia gelar jauh sebelum ikut mencalonkan diri sebagai caleg.
"Untuk penggunaan ambulans gratis dalam sehari bisa memakan biaya Rp5 juta. Dalam lima bulan saja sudah habis dana Rp1 miliar lebih untuk kepentingan sosialisasi itu," imbuhnya.
Dia mengaku telah melaporkan semua penggunaan dana terasebut ke Komisi Pemilihan Umum pada tanggal 27 Desember 2013. Aryo pun berjanji ketika terpilih nanti tidak akan korupsi untuk mengembalikan dana kampanye yang telah dia gunakan.
Berbeda dengan presenter sekaligus aktris Charles Bonar Sirait. Charles enggan membeberkan berapa dana kampanye yang dia siapkan.
Dia memutuskan banting
setir terjun ke politik dengan bergabung ke Partai Golkar. Dia berada di
nomor urut empat, daerah pemilihan Jakarta Timur.
"Angka merupakan strategi setiap orang dan bisa berbeda-beda. Yang jelas tidak mungkin nol rupiah," kata Charles.
Dia menyebut dalam keadaan bangsa seperti sekarang ini, tidak etis apabila mengungkap hal tersebut. "Ya, yang terpenting komponen di dalamnya jangan digunakan untuk politik uang," imbuh dia.
Baik Charles dan Aryo merupakan contoh caleg yang berasal bukan dari kalangan incumbent, baru dan masih muda. Hasil survei Pol Tracking Institute yang dijelaskan hari ini, menyebut sebanyak 48,30 persen publik menginginkan sosok caleg baru dan muda.
Peluang inilah yang coba dimanfaatkan oleh kedua figur tadi. Survei Pol Tracking ini digelar tanggal 16-23 Desember 2013 terhadap 1.200 responden di 33 provinsi.
Organisasi ini menggunakan metode multi stage random sampling dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Tingkat kekeliruan mencapai +/- 2,83 persen. (umi)
"Angka merupakan strategi setiap orang dan bisa berbeda-beda. Yang jelas tidak mungkin nol rupiah," kata Charles.
Dia menyebut dalam keadaan bangsa seperti sekarang ini, tidak etis apabila mengungkap hal tersebut. "Ya, yang terpenting komponen di dalamnya jangan digunakan untuk politik uang," imbuh dia.
Baik Charles dan Aryo merupakan contoh caleg yang berasal bukan dari kalangan incumbent, baru dan masih muda. Hasil survei Pol Tracking Institute yang dijelaskan hari ini, menyebut sebanyak 48,30 persen publik menginginkan sosok caleg baru dan muda.
Peluang inilah yang coba dimanfaatkan oleh kedua figur tadi. Survei Pol Tracking ini digelar tanggal 16-23 Desember 2013 terhadap 1.200 responden di 33 provinsi.
Organisasi ini menggunakan metode multi stage random sampling dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Tingkat kekeliruan mencapai +/- 2,83 persen. (umi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar