INILAHCOM, Jakarta - Direktur Eksekutif NCID Jajat Nurjaman
mengatakan Pemilu Presiden 2014 sarat intervensi asing. Berbagai upaya
dilakukan oleh orang asing di Indonesia dan di luar negeri untuk
memenangkan pasangan Joko Widodo dan Jusuf Kalla. Termasuk, diantaranya
adalah melakukan pembunuhan karakter Prabowo Subianto.
“Selama
dua bulan terakhir, saya monitor dan terus kumpulkan bukti intervensi
asing di Pemilu Presiden 2014. Bukti-bukti ini membuktikan bahwa yang
terjadi bukanlah spontanitas, tetapi terkoordinasi dengan baik oleh
sebuah kekuatan besar. Mereka benar-benar tidak ingin Prabowo jadi
Presiden RI menggantikan SBY” ungkap Jajat, Selasa (8/7/2014).
Berikut daftar 8 bukti intervensi asing di Pemilu Presiden 2014 yang dikumpulkan oleh NCID:
1)
Pernyataan keberpihakan dari majalah TIME dan majalah The Economist.
Kedua majalah ini secara terbuka mengatakan bahwa Prabowo tidak boleh
sampai jadi Presiden RI.
2) Kemunculan penulis asal Amerika Allan
Nairn dengan tulisan yang memojokkan Prabowo. Di kalangan diplomat
Indonesia, Allan dikenal memiliki rekam jejak menulis berita palsu
tentang TNI. Mantan Duta Besar Indonesia untuk AS Dino Patti Djalal
mengatakan “dia (Allan Nairn) sejak dulu selalu mencari peluang untuk
memecah belah Indonesia.”
3) Adanya intimidasi kepada WNI yang
hendak memilih di depan KJRI Perth, Australia oleh WNA yang
mengkampanyekan kemerdekaan Papua. Mereka meminta WNI untuk memilih Joko
Widodo dan mengatakan hanya orang bodoh yang memilih Prabowo. Tercatat
beberapa WNI yang tinggal di Perth melaporkan kejadian ini melalui media
sosial.
4) Pernyataan keberpihakan kepada Joko Widodo oleh
artis-artis asal Amerika dan Inggris seperti Jason Mraz, Sting dan
Akarna, serta bintang porno Vicky Vette. Pengumuman yang dilakukan H-1
menjelang pemilihan dengan penyeragaman tagar jelas menunjukkan adanya
koordinasi, bukan aksi spontanitas.
5) Kemunculan iklan yang
mempromosikan Joko Widodo dan mendiskreditkan Prabowo Subianto di
Google, YouTube dan jaringan iklan AdSense. Padahal di situsnya sendiri
secara eksplisit Google melarang segala jenis iklan politik untuk
ditayangkan di Indonesia.
6) Penutupan secara serentak beberapa
akun yang secara terbuka tidak mendukung Joko Widodo, tidak lama setelah
pertemuan Joko Widodo dengan direktur politik Twitter Peter Greenberger
di Jakarta.
7) Pemberitaan palsu oleh Bloomberg mengenai
transaksi saham MNC Group yang mendiskreditkan pasangan Prabowo-Hatta.
Pada 20 Juni 2014, Bloomberg mengatakan bahwa Prabowo-Hatta memborong
saham MNC Group. Padahal transaksi tersebut tidak pernah terjadi.
8)
Pernyataan Duta Besar Amerika untuk Indonesia Robert Blake pada 23 Juni
2014. Ia mengatakan kepada Wall Street Journal bahwa Pemerintah RI
harus mengusut dugaan kasus HAM Prabowo. Pernyataan terbuka ini memicu
reaksi keras dari DPR karena merupakan bukti konkrit campur tangan
Amerika dalam Pemilu Presiden Indonesia.
Menurut Jajat,
intervensi asing yang begitu kentara untuk mengurangi elektabilitas
Prabowo justru mengkokohkan keyakinan rakyat Indonesia bahwa Prabowo
adalah Presiden yang harus dipilih pada 9 Juli 2014. “Hal ini disebabkan
oleh pernyataan legendaris bung Karno tentang intervensi asing. Bung
Karno mengatakan: Ingatlah pesanku, jika engkau mencari pemimpin,
carilah yang dibenci, ditakuti, atau dicacimaki asing karena itu yang
benar. Pemimpin tersebut akan membelamu di atas kepentingan asing itu.
Dan janganlah kamu memilih pemimpin yang dipuji-puji asing, karena ia
akan memperdayaimu” tutup Jajat menirukan Sukarno.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar