Jakarta (ANTARA
News) - Tokoh pergerakan Moh Jumhur Hidayat mengatakan bangsa Indonesia
perlu mempersiapkan secara matang strategi kebudayaan menghadapi
globalisasi.
"Mempersiapkan strategi kebudayaan bukanlah berarti menutup
rapat-rapat dari pengaruh budaya luar, melainkan merencanakan suatu
tahapan-tahapan agar jangan sampai yang diserap oleh bangsa kita justru
yang menjadi ekses di negara-negara pengekspor budaya tersebut," kata
Jumhur saat menyampaikan orasi kebudayaan bertajuk "Membangun Karakter
Indonesia Berbasis Sosio-kultural" di Taman Ismail Marzuki (TIM) di
Jakarta, Minggu.
Menurut Jumhur, globalisasi tidak saja berarti adanya kemudahan
pertukaran barang, uang, dan lalu lintas manusia, tetapi juga pertukaran
budaya dan gaya hidup.
Berkaitan dengan ini maka bangsa Indonesia harus bisa mempersiapkan
diri untuk berinteraksi atau berdialog secara budaya, katanya.
Untuk melakukan ini, kata Jumhur, terlebih dahulu harus mengambil
jarak dengan kebudayaan luar karena, apabila tidak, yang terjadi adalah
pencaplokan dan penggantian secara bulat-bulat, terlebih lagi budaya
luar tersebut telah membangun hegemoni atau dominasinya dalam membentuk
kebudayaan dunia.
Dikatakannya, kebebasan memperoleh informasi merupakan hak setiap
orang, namun jangan sampai menumbuhkan kegiatan kontraproduktif atau
bahkan destruktif bagi masyarakat.
Karena itu, kata dia, bagaimanapun pahitnya, terutama ketika bangsa
ini secara umum masih belum matang dan dewasa, maka penyaringan
informasi perlu dilakukan.
Kegiatan ini memang terlihat bertentangan dengan kebebasan
memperoleh informasi, namun kegiatan ini telah dilakukan oleh para orang
tua modern di negara maju terhadap anak-anaknya dengan memberikan
pengertian bahkan sampai melarang untuk tidak melihat acara-acara
televisi atau membaca buku-buku tertentu, karena dianggap belum
waktunya.
"Analog dengan hal ini, maka tidaklah dapat disalahkan apabila
suatu otoritas yang lebih tinggi, dalam hal ini negara, menyusun suatu
strategi bersama-sama penyedia informasi lainnya untuk memberikan porsi
informasi yang tepat kepada masyarakatnya," kata Jumhur.
Sebaliknya, bangsa ini harus menyebarkan seluas-luasnya nilai-nilai
sosial budaya luar yang berupa saripatinya seperti nilai-nilai etos
kerja keras, pantang menyerah, kreatif, inovatif dan produktif, jujur
dan terbuka serta selalu ingin maju.
Nilai-nilai itu haruslah dapat dikemas menjadi sebuah informasi
yang menarik sehingga dapat dengan mudah diserap oleh masyarakat.
Apabila hal ini dapat dilakukan, maka identitas sosial budaya keindonesiaan makin sempurna.
"Di satu sisi kita menyerap nilai-nilai luhur budaya daerah dan di
sisi lain menyerap nilai-nilai luhur budaya luar. Niscaya akan terus
terjadi penyempurnaan identitas sosial budaya yang dapat mendorong
Indonesia menjadi bangsa besar dan sejajar dengan bangsa-bangsa maju
lain di dunia," katanya.
Dewan Kesenian Jakarta dan Lembaga Seni Budaya Muslim Indonesia
(Lesbumi) Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jakarta mengundang
Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia
(BNP2TKI) Moh Jumhur Hidayat untuk menyampaikan orasi kebudayaan selaku
tokoh pergerakan.
Jumhur mengapresiasi penyelenggara dan hadirin acara itu untuk
mendengarkan orasi budaya dari seorang bukan budayawan yang hadir tidak
sebagai "terdakwa" akibat kasus-kasus TKI seperti selama ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar