Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memaparkan 5 (lima) pemikiran fundamental mantan presden KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur yang hingga kini masih relevan dan menjadi amanah serta agenda sepanjang masa.
"Kelima pemikiran Gus Dur ini sebagian sudah diwujudkan, dan sebagian lagi sedang berjalan. Saya yakin pikirannya yang mendahului jamannya tersebut suatu saat akan menjadi kenyataan," kata Presiden SBY saat memberikan sambutan haul ke-4 Gus Dur di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, Jumat (3/1) malam.
Pemikiran pertama, kata Presiden SBY, Gus Dur berkeinginan agar di negeri ini hadir masyarakat majemuk yang rukun. Banyak bangsa di dunia pecah karena tidak rukun, maka pikiran besar Gus Dur agar masyarakat Indonesia benar-benar rukun ini masih relevan.
"Hampir semuanya ini menjadi amanah serta agenda sepanjang masa. Bahwa dalam diri Gus Dur apa yang diucap, dilakukan, dan diperjuangkan hingga akhir hayatnya adalah ingin bangsa majemuk ini benar-benar rukun, toleransi, dan saling hormat-menghormati," kata Presiden SBY yang hadir di acara haul Gus Dur dengan didampingi Ibu Negara Hj. Ani Yudhoyono san sejumlan menteri Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II.
"Hampir semuanya ini menjadi amanah serta agenda sepanjang masa. Bahwa dalam diri Gus Dur apa yang diucap, dilakukan, dan diperjuangkan hingga akhir hayatnya adalah ingin bangsa majemuk ini benar-benar rukun, toleransi, dan saling hormat-menghormati," kata Presiden SBY yang hadir di acara haul Gus Dur dengan didampingi Ibu Negara Hj. Ani Yudhoyono san sejumlan menteri Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II.
Kedua, lanjut Kepala Negara, beliau sangat gigih dan bahkan mengawali era kepresiden untuk menghilangkan diskriminasi dengan alasan apa pun. “Saya sekarang melanjutkan apa yang dicita-citakan Gus Dur, ini sangat penting," tegas Kepala Negara.
Ketiga, Gus Dur mengharapkan peran masyarakat yang partisipatif dan mengurangi peran negara yang dominan. Menurut Presiden, saat ini memang Indonesia sudah tidak lagi berada dalam sistem otoritarian. Namun, sayangnya masih terdapat pola pikir otoriter dalam masyarakat. Untuk itu, perlu terus mendorong masyarakat yang partisipatif. Gus Dur ingin agar seimbang. Masyarakat luas diberikan ruang sehingga mereka bisa mengatur kehidupannya sendiri.
"Pada saatnya nanti, negara akan mengurangi perannya jika masyarakat makin matang, makin partisipatif, sehingga masyarakatlah yang nantinya bisa mencegah terjadinya konflik horizontal," Presiden menjelaskan.
Keempat, Gus Dur memiliki pikiran bahwa negara tidak berhak mengontrol pikiran warganya. Bebas, dipersilakan mau berbicara apa saja. "Bagi masyarakat yang sudah matang dan arif menggunakan haknya, maka negara memberikan ruang kepada mereka," ujar Kepala Negara.
Kelima, kata Presiden SBY, Gus Dur menginginkan hubungan sipil dan militer yang sehat. Masing-masing mengerti di mana domainnya. Ini berarti militer tidak boleh mendominasi sipil. Namun, sipil juga harus mengetahui batas-batas wilayahnya.
“Militer menghormati demokrasi, tapi kaum sipil juga memberikan wewenang sekaligus tugas kepada militernya untuk mempertahankan negara," jelas SBY.
Haul ke-4 Gus Dur ini dihadiri ribuan masyarakat. Selain itu tampak sejumlah menteri, seperti Menko Polhukam Djoko Suyanto, Menteri Agama Suryadharma Ali, Mendagri Gamawan Fauzi, Mensesneg Sudi Silalahi, Seskab Dipo Alam, Mendikbud M. Nuh, dan Menpora Roy Suryo.
(Humas Setkab/ES)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar