BERBUAT BENAR ADALAH KEHARUSAN, BERBUAT TIDAK BENAR ADALAH KETIDAK HARUSAN

Minggu, 05 Januari 2014

SBY Paham Alasan Pertamina Naikan Harga, Tapi...

Oleh: Bayu Hermawan

INILAH.COM, Jakarta - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memahami alasan Pertamina menaikan harga gas elpiji nonsubsidi tabung 12 Kg. Namun demikian, presiden meminta Pertamina meninjau kembali penaikan harga tersebut.

"Alasan dan tujuan kenaikan harga elpiji tabung 12 Kg oleh Pertamina utamannya didorong dan disebabkan laporan BPK yang berdasarkan hasil audit, Pertamina mengalami kerugian hingga Rp7,7 triliun," ujar SBY usai menggelar rapat terbatas di Lanud Halim Perdana Kusuma, Minggu (5/1/2013).

SBY melanjutkan kerugiaan itu didapat dari harga yang dianggap terlalu rendah dari elpiji 12 kg. Padahal, tabung gas elpiji golongan itu tidak termasuk dengan yang bersubsidi, dan berbeda dengan tabung gas 3 kg yang disubsidi.

"Pandangan pemerintah kebijakan harga elpiji yang tidak bersubsidi itu merupakan domain koorporat, tapi pemerintah tentu wajib meninjau dampak sosial dan ekonomi akibat elpiji 12 Kg, yang dinilai masyarakat terlalu tinggi. Oleh sebab itu, sebagai pemegang saham tertinggi, pemerintah meminta kenaikan harga ditinjau kembali," tandasnya.

Sebelumnya Vice Presiden Corporate Communication Pertamina, Ali Mundakir mengatakan jika harga gas elpiji 12 Kg tidak dinaikan, maka Pertamina akan menanggung kerugian yang lebih besar.
"Dengan kenaikan harga, kami perkirakan masih rugi Rp2 triliun. Itupun kalau harga CP (Contract Price) Aramco US$837 per metrik ton dan kurs Rp10.500 per dolar AS,” katanya.

Pada tahun 2013, Pertamina merugi Rp5,7 triliun dalam bisnis elpiji 12 kg ini. Selama enam tahun terakhir, total kerugian Pertamina dalam bisnis elpiji nonsubsidi itu bahkan mencapai Rp22 triliun.[bay]

Tidak ada komentar: