Cipatat (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia menyatakan keprihatinan atas perkembangan situasi keamanan di Libya, dan berharap ada penyelesaian damai di negara itu untuk mencegah bertambahnya korban jiwa penduduk sipil.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengemukakan hal itu di Lapangan Markas Komando (Mako) Pusat Pendidikan Infanteri (Pusdikif), Cipatat, Bandung Barat, Selasa, sebelum acara berbuka puasa bersama dengan para anggota Pusdikif.

"Sebenarnya Indonesia berharap ada penyelesaian damai, bukan kekerasan, bukan peperangan, tapi segala sesuatunya diserahkan kembali ke Libya untuk menentukan masa depannya sendiri dengan proses yang baik," katanya.

Pemerintah Indonesia, lanjut Presiden, sungguh berharap koflik dapat segera berkahir sehingga Libya dapat segera memulihkan ketertiban dan keamanan dan melindungi penduduk sipil.

"Apa yang disaksikan, Indonesia berpendapat saat sekarang ini adalah saat yang membahayakan bagi keselamatan penduduk Tripoli khususnya dan rakyat Libya pada umumnya," katanya.

Menurut Presiden, hal itu semata-mata tentu untuk melindungi keselamatan rakyat Libya.

Presiden menilai, manakala ada babak baru dalam kehidupan bangsa Libya sebagaimana yang diperkirakan banyak pihak, termasuk perkiraan Indonesia hendaknya betul-betul ditentukan oleh bangsa Libya sendiri dengan melibatkan semua komponen yang ada di Libya.

Ia kemudian mencontohkan sikap Nabi Muhammad SAW saat merebut kembali kota Makkah tanpa pertumpahan darah.

"Saya kira kita patut kita renungi pelajaran sejarah yang maha agung itu dan kita tetap berharap akan terjadi proses yang baik, berakhirnya konflik kekerasan sebagaimana yang dicontohkan Nabi Muhammad saat memimpin pasukan ke Makkah," katanya.

Kepala Negara juga mengatakan bahwa transisi demokrasi yang mungkin akan terjadi di Libya hendaknya melibatkan seluruh elemen masyarakatnya, sehingga masa depan negeri tersebut benar-benar seperti yang diinginkan mereka.

"Kita juga berharap dengan selesainya konflik pada saatnya nanti, Libya bisa kembali berkonsilidasi, bertransisi menuju masa depan yang diinginkan masyarakatnya sambil memulihkan ekonomi mereka," katanya.

Konflik yang terjadi di Libya telah mengakibatkan produksi minyak negara itu turun sekitar 90 persen. Penurunan produksi minyak Libya mengakibatkan gangguan pada pasokan minyak dunia sehingga membuat harga minyak dunia tidak stabil.
(T.G003/M026)