BERBUAT BENAR ADALAH KEHARUSAN, BERBUAT TIDAK BENAR ADALAH KETIDAK HARUSAN

Kamis, 25 Agustus 2011

Rig Medco Dibom, Pulau Tiaka Nyaris Meledak

VIVAnews - Bupati Morowali, Anwar Hafid bercerita tentang kerusuhan yang terjadi di fasilitas pengeboran minyak Joint Operating Body Medco-Pertamina di Lapangan Tiaka, Luwuk, Sulawesi Tengah. Menurut dia, kerusuhan itu disebabkan kekesalan warganya yang tidak bisa berdialog dengan petinggi Medco.

"Jadi begini, ada sekelompok masyarakat yang meminta dialog dengan perusahaan Medco, kemudian hari pertama [Sabtu 20 Agustus 2011] mereka pergi tanpa ada pemberitahuan aparat langsung ke lokasi," kata Anwar saat diwawancara VIVAnews.com, Kamis 25 Agustus 2011.

Setiba di lokasi pengeboran minyak Medco, masyarakat langsung mencari dan meminta dialog dengan pimpinan perusahaan. Namun, masyarakat tak bisa bertemu dengan pimpinan Medco. "Pada saat itu tidak ada jawaban, karena pimpinan perusahaan ada di Jakarta," kata Anwar.

Karena tak bisa bertemu pimpinan Medco, kata Anwar, masyarakat menjadi kesal. "Masyarakat menyandera speedboat dan dibawa ke Desa Kolo Bawah," kata dia.

Sejak itu pula, masyarakat terus terlibat negosiasi. Masyarakat tetap menuntut berdialog dengan pimpinan Medco. Namun, pimpinan Medco tak bisa memenuhi permintaan masyarakat itu, karena takut setelah terjadi kerusuhan. "Karena masyarakat terlanjur merusak perusahaaan, pimpinan Medco seperti takut dan tidak ada jawaban pasti tentang dialog," kata Anwar.

"Pemda sudah fasilitasi, tapi perusahaan takut karena masyarakat merusak. Mereka (perusahaan) menjawab kita serahkan ke aparat keamanan. Itu jawabnya."

Setelah menunggu sehari dan tak mendapat kepastian dialog dengan pimpinan Medco, keesokan harinya masyarakat kembali ke lokasi pengeboran minyak. "Mereka kembali ke Pulau Tiaka, agak jauh, sekitar 40 menit, menggunakan empat perahu masyarakat," kata Anwar.

Saat tiba di area pengeboran, masyarakat sudah tidak bisa dikendalikan. Masyarakat yang tiba di lokasi melakukan perusakan. Pihak Pemda Morowali yang ada di lokasi juga tidak bisa mengendalikan masyarakat yang sudah kesal tersebut. "Pemda sudah tidak dipercaya karena tidak bisa menghadirkan pipinan perusahaan Medco. Di sana mereka anarkis dengan melempar sumur minyak menggunakan bom ikan," kata Anwar.

Situasi menjadi kacau. Bentrokan terjadi antara masyarakat dengan aparat keamanan yang menjaga Medco. Masyarakat melempar bom ikan dan molotov ke sumur minyak Medco. "Aparat dan masyarakat menjadi panik dan berusaha meninggalkan pulau itu. Pulau itu mau meledak, pada lari semua meninggalkan pulau itu," kata Anwar.
Di tengah situasi chaos itu, kata Anwar, tiba-tiba ada informasi penembakan. Selain itu, juga ada informasi penyanderaan aparat oleh masyarakat. "Ada informasi dua polisi dan satu tentara ada di perahu masyarakat," kata dia.
"Tapi itu penyanderaan atau tidak, kami tidak tahu. Karena situasinya kacau, semua ingin meninggalkan pulau yang sepertinya sudah mau meledak saat itu. Jadi bisa saja mereka kebetulan satu perahu karena panik."
"Kalau saya melihat ada kesalahpahaman. Kalau ada masyarakat bilang tidak menyandera tapi ada anggota di situ."
Anwar juga mengatakan masyarakat memegang senjata laras panjang dan pistol yang dirampas dari aparat. Melihat itu, aparat meminta masyarakat mengembalikan senjata itu. "Namun, masyarakat menjawab agar senjata itu diambil di kantor polres. Masyarakat akan mengembalikannya ke polres," kata dia.
Situasi chaos inilah, kata Anwar, yang menyebabkan informasi penyebab penembakan dan penyanderaan menjadi simpang siur. "Jadi ada dua versi yang berbeda terkait penembakan itu," kata dia.
Versi mana yang benar, Anwar menyerahkan sepenuhnya kepada hasil investigasi kepolisian. "Sampai saat ini masih diusut. Kami tunggu saja hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh polisi."
Sementara itu, warga dan polisi mempunyai versi berbeda terkait penembakan ini. (adi)

Kenapa Warga Melempar Molotov ke Rig Medco

VIVAnews - Pada Sabtu 20 Agustus 2011, puluhan warga, menggunakan kapal kayu, mendatangi fasilitas pengeboran minyak Medco-Pertamina di Lapangan Tiaka, Luwuk, Sulawesi Tengah. Mereka menggelar aksi demonstrasi. Medco adalah perusahaan milik politisi dan pengusaha Arifin Panigoro.

Aksi berlanjut hari berikutnya, dan berpuncak di hari Senin. Warga yang marah melempar bom molotov ke sumur minyak. Unjuk rasa itu berujung bentrok dengan aparat keamanan. Dua pendemo tewas ditembak.

Apa sebenarnya tuntutan masyarakat terhadap Medco sehingga berbuat nekat?
Bupati Morowali, Anwar Hafid, menjelaskan warga menuntut kompensasi terkait Pulau Tiaka. "Pulau Tiaka, sebelum dijadikan tempat rig, adalah tempat mencari ikan masyarakat. Kehidupan masyarakat selama ini dari situ," kata dia saat dihubungi VIVAnews.com, Kamis, 25 Agustus 2011.

Bupati menerangkan, pada 2006 perusahaan membuat pulau buatan--Pulau Tiaka--di lokasi tangkapan ikan masyarakat. "Di situ berlangsung semua operasi pengeboran. Otomatis warga tidak bisa memancing di situ karena dijaga aparat. Penghasilan mereka menurun drastis," tambah dia.

Diakui Anwar, selama ini ada program community development yang dilakukan perusahaan. "Tapi sifatnya umum, sementara masyarakat tidak memiliki penghasilan lain." Intinya, jelas dia, masyarakat menuntut kompensasi mata pencaharian. "Mereka tidak meminta uang, mereka minta diberdayakan."

Yang jadi masalah, birokrasi untuk itu berbelit-belit. "Itu birokratis, yang dialog itu orang lapangan. Karena itu, setelah diusulkan ke atas tidak ada hasilnya."
Yang membuat masyarakat jadi emosi, jelas Bupati, sejak 2006 perusahaan selalu mengatakan merugi, belum impas. Pernyataan itu membuat masyarakat kecewa. Pemda, lanjut Anwar, selama ini melakukan pendampingan terhadap warga.
"Kami tak mau masyarakat ribut, kami tambahkan dananya. Tapi masyarakat menolak, karena mengatakan kesejahteraan yang mereka tuntut dari Medco, bukan Pemda. Ini akumulasi kekecewaan yang mungkin masyarakat rasakan."
Dikonfirmasi soal kisruh di Tiaka, pihak Medco menolak berkomentar. "Semuanya biar BP Migas yang jawab. Kami takut salah," ujar Muntazar Nurachmadi, Media Relation MedcoEnergi saat dihubungi VIVAnews.

Corporate Secretary PT Medco Energi International Tbk, Sisca Alimin, saat dihubungi tidak mengangkat teleponnya. Begitu juga Vice President Corporate Communication Pertamina, M. Harun.

Kepala Divisi Humas, Sekuriti, dan Formalitas BP Migas, Gde Pradyana,  mengatakan warga masyarakat tak datang ke rig untuk berdemo. "Mereka malah melakukan penyerangan. Masa demo bawa parang dan senjata tajam?" kata dia.

Protes warga bahwa lokasi mencari ikan mereka selama ini telah diserobot perusahaan, juga dibantah. "Masalah tempat pemancingan itu juga tidak benar. Justru kami bantu mereka mengadakan tempat-tempat pemancingan dan pengadaan keranda ikan," kata dia.
Dia menambahkan, Medco dan Pertamina adalah mengoperasikan Lapangan Tiaka dengan sistem Joint Operating Body dengan komposisi kerjasama 50 : 50.

Tidak ada komentar: