INILAH.COM, Jakarta - Pendidikan di Indonesia saat ini belum
mampu mencetak tenaga kerja yang berkulitas dan siap bersaing di sektor
usaha baik lokal maupun internasional. Apa solusinya?
Apalagi
dunia pendidikan masih belum sempurna melaksakanan ujian nasional. Jika
hal ini terus terjadi, upaya menciptakan tenaga kerja yang siap kerja
akan mengalami kesulitan.
Rakornas Kadin Bidang Tenaga Kerja,
Pendidikan dan Kesehatan yang berlangsung di Semarang pada April 2013,
menghasikan rekomendasi kepada pemerintah mengenai permasalahan
pendidikan dan industri.
Ketua Kadin Bidang Tenaga Kerja, Benny
Sutrisno menjelaskan saat ini sistem yang ada belum mampu menghasilkan
tenaga kerja yang siap pakai di industi. Kadin sendiri terus mendorong
pemerintah untuk memantapkan kurikulum pendidikan berbasis kompetensi
yang dinilai mampu membentuk mencetak pekerja yang trampil sesuai dengan
bidang yang membutuhkan.
“SMK sekarang memang sudah menjalankan
kurikulum berbasis kompetensi, hanya saja sistem itu tidak dijalankan
dengan baik,” kata Benny dalam paparannya di Jakarta, Rabu (29/5/2013).
Dengan
demikian terdapat jarak yang cukup terjal antara dunia pendidikan dan
dunia industri. Mereka terkesan berjalan sendiri-sendiri.
Untuk
meningkatkan kerja sama antara lembaga pendidikan dan industri, Kadin
menyarankan dibentuknya lembaga intermediasi yang menjembatani hubungan
mereka. Dengan demikian mampu mendapatkan manfaat yang sebenarnya dari
sistem berbasis kompetensi.
Selain itu, Kadin juga mendorong
pemerintah untuk melalui kementerian pendidikan dan kebudayaan untuk
memberikan kelonggaran kepada institusi pendidikan swasta membuka
politeknik baru.
Menurut Wakil Ketua Umum kadin Bidang Pendidikan
dan Kesehatan James Riady, ekonomi sekarang berbasis pengetahuan. Untuk
itu membutuhkan peran pendidikan tinggi dan tenaga kerja yang siap
mengisi lini-lini penting di indsutri. Jadi diperlukan adanya Link and
Match antara lulusan terdidik dengan kebutuhan dunia usaha. [hid]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar