Mega Putra Ratya - detikNews
Jakarta - Presiden SBY menerima penghargaan di World
Statesman Award di New York, AS. Dalam pidatonya di acara itu SBY
menyampaikan kondisi kehidupan umat beragama di Indonesia. SBY juga
berkomitmen menjaga kerukunan hidup beragama.
"Kami akan
melakukan berdasarkan kemampuan kami untuk memastikan bangsa kami yang
terdiri atas ratusan kelompok etnis, serta semua umat beragama, Muslim,
Kristiani, Hindu, Buddha, Konghucu, dan kepercayaan lainnya —-dapat
hidup berdampingan dalam kebebasan dan persaudaraan," kata SBY.
Hal
itu disampaikan SBY dalam pidatonya di New York, 29 Mei 2013. SBY
berpidato di depan hadirin yang datang dan tuan rumah acara Rabbi Arthur
Schneier serta mantan Menlu AS Henry Kissinger.
Menurut SBY,
Indonesia akan senantiasa menjadi negara di mana terdapat rumah tempat
ibadah yang berlimpah. Saat ini, Indonesia memiliki lebih dari 255.000
mesjid.
"Kami juga memiliki lebih dari 13.000 pura Hindu,
sekitar 2.000 kuil Buddha, dan lebih dari 1.300 kuil Konghucu. Dan hal
ini mungkin akan mengejutkan bagi Anda, kami memiliki lebih dari 61.000
gereja di Indonesia, lebih banyak dibandingkan di Inggris Raya atau
Jerman. Dan banyak dari tempat-tempat ibadah ini dapat ditemui di
sepanjang jalan yang sama di lingkungan eksternal," jelasnya.
SBY
menegaskan komitmennya bahwa Indonesia juga akan terus menjadi kekuatan
bagi perdamaian dan kemajuan dunia. Sebagai negara dengan jumlah
penduduk muslim terbesar, Indonesia juga akan terus melakukan yang
terbaik untuk membangun jembatan antara dunia Islam dan Barat.
"Sebagai
bangsa dengan sejarah toleransi yang panjang, Indonesia akan selalu
menyuarakan secara tegas moderasi, yang kami yakini merupakan pelawan
terbaik ekstremisme. Sebagai negara demokrasi terbesar ketiga di dunia,
Indonesia terus memberi contoh bahwa demokrasi, Islam dan modernitas
dapat hidup bersama dalam simbiosis positif," urainya.
Sebagai
bangsa yang dibangun atas dasar keharmonisan agama, Indonesia akan
menjadi yang terdepan dalam kerja sama antar-keyakinan.
"Dan
kami secara aktif memajukan persatuan di antara agama-agama anak cucu
Nabi Ibrahim sehingga akhirnya dapat hidup bersama dalam damai seutuhnya
di abad ke-21 ini," terangnya.
Membangun masyarakat yang
toleran, tambah SBY, merupakan ranah seni mengelola negara yang baik.
Diperlukan kombinasi yang tepat antara persuasi dan penegakan hukum.
"Apabila
tindak kekerasan terjadi, maka keadilan harus ditegakkan. Namun, dari
pengalaman kami di Indonesia, penegakan hukum semata tidaklah cukup.
Hati dan pikiran juga harus dimenangkan. Stereotip lama harus
dienyahkan. Budaya toleransi dan pendekatan yang inklusif harus
senantiasa didorong," tegasnya.
Mendorong budaya toleransi,
suatu hal yang tidak dapat dilakukan oleh seorang pemimpin semata. Ini
adalah sesuatu yang memerlukan upaya bersama dari sejumlah besar
pemimpin dari semua kalangan dan di semua bidang untuk menjalankan
kenegarawanannya dalam memimpin dan menginspirasi para pengikutnya.
"Pada
akhirnya, pemimpin yang baik adalah mereka yang berani berdiri di garis
terdepan, dan memberikan sinar pengharapan untuk masa depan. Mari kita
bekerja bersama dalam upaya bagi dunia yang lebih baik," tutup SBY.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar