INILAH.COM, Jakarta - Setelah merasa kecewa karena harus
kehilangan tempat tinggal, warga komplek Srikandi RT 07 RW 03,
Jatinegara Kaum, Pulo Gadung, Jakarta Timur, juga mengaku kecewa dengan
pernyataan dari Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama untuk
menindak tegas jika ada warga yang melawan dalam proses penggusuran.
Amran
(57), salah seorang warga komplek Srikandi, mengaku terkejut dengan
pernyataan dari Wagub DKI Jakarta yang terkesan sama sekali tidak
memperdulikan warganya sendiri, dan tidak pantas dilontarkan oleh
seorang pemimpin.
"Saya membaca berita itu, dan saya kecewa. Kita
kan warganya dia, masa dia sebagai pemimpin malah nyuruh petugas tembak
warganya sendiri. Jika gampang berbicara seperti itu, Ahok itu nggak
pantas jadi pemimpin," katanya di lokasi penggusuran, Kamis (23/5/2013).
Dirinya
mengaku kecewa dengan kepemimpinan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI
Jakarta yang sama sekali tidak membela warganya sendiri. Pasalnya,
penolakan warga atas penggusuran terhadap ratusan bangunan di Komplek
Srikandi bukanlah tidak beralasan.
"Kami sengaja nolak digusur
kan ada alasannya. Masa warga disakitin petugas, seorang wakil gubernur
malah ngomong gitu," keluhnya saat ditemui INILAH.COM.
Hingga
hari ini aksi pembongkaran terhadap bangunan rumah tinggal warga di
area Komplek Srikandi masih terus berlangsung. Dua unit alat berat dan
ratusan petugas Satpol PP pun masih terus melakukan penjagaan di lokasi
penggusuran.
Sebelumnya, aparat kepolisian dan petugas Satpol PP
melakukan eksekusi terhadap warga Komplek Srikandi. Sempat terjadi
kericuhan saat petugas menerobos masuk barikade warga yang berusaha
menolak upaya penggusuran. Karena kalah jumlah, akhirnya warga berhasil
dipukul mundur setelah polisi melontarkan gas air mata ke arah warga.
Menanggapi
bentrokan yang terjadi, Ahok mengatakan akan menyelidiki siapa yang
memulai bentrokan apakah petugas ataukah warga. Sementara menanggapi
kecaman beberapa pihak mengenai keterlibatan Satpol PP dalam penggusuran
di Kampung Srikandi, Pulogadung, Jakarta Timur, Rabu (23/5/2013)
kemarin.
Ia mengakui setiap tugas yang diberikan ke Satpol PP, ia
selalu berpesan agar penertiban dilakukan sesuai prosedur. Meski
demikian, dirinya juga mempersilahkan aparatnya membela diri ketiga ada
serangan.
"Saya bilang pada petugas, kalau ada yang cabut parang
saat penggusuran lahan pemda, tembak. Kami akan siapkan dokumen video
yang jadi alat bukti kalau petugas terancam. Saya nggak mau petugas mati
konyol saat bertugas," tegasnya.
Menurunya, selama ini jika ada
bentrokan antara warga dan Satpol PP, maka petugaslah yang dianggap
bersalah. Bahkan, tidak jarang petugas dilapangan dituding melanggar
HAM.
"Seringkali aparat yang jadi korban, kasihan posisinya. Kalo
masyarakat yang melempar kita, itu dianggap tidak melanggar HAM? Kalau
kami balas melempar, dibilang melanggar HAM," katanya.[bay]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar