INILAH.COM,Jakarta - Kaum buruh menuntut pemerintah
menghapus sistem INA CBGs (sistem tarif murah) Badan Penyelenggara
Jaminan Kesehatan (BPJS) Kesehatan dalam menjalankan program jaminan
kesehatan untuk rakyat.
"Kami desak sistem ini diganti dengan sistem fee for service, karena sistem INA CBGs justru menjadi penghambat jalannya Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sesuai UU BPJS dan UU Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang mengamanatkan jaminan kesehatan untuk seluruh rakyat," kata Said Iqbal, Sekretaris Komite Aksi Jaminan Sosial (KAJS) di Jakarta, Sabtu (25/01/2014).
Iqbal mengatakan, sistem INA CBGs telah mengakibatkan banyak rumah menolak pasien. “Ini diperparah dengan pembatasan jumlah, jenis, dan mutu obat yang diberikan kepada pasien," katanya.
Dia mengungkapkan, pada banyak kasus pasien penderita penyakit kronis yang minum obat seumur hidup, seperti pasien pengidap hipertensi, lupus, jantung koroner, diabetes harus datang berulang-ulang ke rumah sakit karena obatnya dibatasi.
"Peserta Askes dan Jamsostek yang lama juga mendapatkan penurunan mutu obat dan pengurangan jumlah provider. Akibatnya, mereka merasa pelayanan BPJS Kesehatan jauh lebih buruk, padahal mereka membayar iuran," ujar Iqbal.
Oleh karena itu, pihaknya menuntut pemerintah segera mengganti sistem INA CBGs dengan fee for service yang selama ini digunakan JPK Jamsostek dan Askes.
"Karena faktanya, JPK Jamsostek tidak rugi, bahkan tetap untung, dan pelayanan kepada peserta tetap memuaskan," tambahnya. (lat)
"Kami desak sistem ini diganti dengan sistem fee for service, karena sistem INA CBGs justru menjadi penghambat jalannya Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sesuai UU BPJS dan UU Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang mengamanatkan jaminan kesehatan untuk seluruh rakyat," kata Said Iqbal, Sekretaris Komite Aksi Jaminan Sosial (KAJS) di Jakarta, Sabtu (25/01/2014).
Iqbal mengatakan, sistem INA CBGs telah mengakibatkan banyak rumah menolak pasien. “Ini diperparah dengan pembatasan jumlah, jenis, dan mutu obat yang diberikan kepada pasien," katanya.
Dia mengungkapkan, pada banyak kasus pasien penderita penyakit kronis yang minum obat seumur hidup, seperti pasien pengidap hipertensi, lupus, jantung koroner, diabetes harus datang berulang-ulang ke rumah sakit karena obatnya dibatasi.
"Peserta Askes dan Jamsostek yang lama juga mendapatkan penurunan mutu obat dan pengurangan jumlah provider. Akibatnya, mereka merasa pelayanan BPJS Kesehatan jauh lebih buruk, padahal mereka membayar iuran," ujar Iqbal.
Oleh karena itu, pihaknya menuntut pemerintah segera mengganti sistem INA CBGs dengan fee for service yang selama ini digunakan JPK Jamsostek dan Askes.
"Karena faktanya, JPK Jamsostek tidak rugi, bahkan tetap untung, dan pelayanan kepada peserta tetap memuaskan," tambahnya. (lat)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar