BERBUAT BENAR ADALAH KEHARUSAN, BERBUAT TIDAK BENAR ADALAH KETIDAK HARUSAN

Jumat, 25 April 2014

Jaya Tukang Sol Sepatu Tak Ingin Wong Cilik Cuma Dimanfaatkan

Bagus Prihantoro Nugroho - detikNews

Jakarta - Tangan hitam legam milik Jaya (64) naik dan turun memegang jarum yang dililit benang sol. Mata dia itu sepertinya masih tajam melihat garis lurus dan lubang-lubang kecil.

Sebuah sepatu butut pun disulap menjadi sepatu berkualitas. Padahal senjata dia hanya jarum dan benang yang kecil.

“Kalau saya sih nggak suka kalau wong cilik cuman dimanfaatkan saja. Kalau pas mau kampanye baru didekati, sehabis itu tidak dilirik lagi. Cuma dimanfaatkan saja kan? Harusnya wong cilik itu ikut digerakan juga,” kata Jaya di lapak dia yang hanya beberapa jengkal dari perlintasan kereta Stasiun Tebet, Jakarta Selatan, Kamis (17/4/2014).

Sepatu yang tidak layak pakai berubah menjadi sepatu andalan dalam beberapa menit saja. Mungkin benar kata Jaya ketika rakyat kecil diberdayakan, maka dalam waktu tak cukup lama pembangunan negeri ini akan maju.

“Tapi kalau cuman dijanjiin-janjiin saja kan percuma. Tiap lima tahun dikasih janji, sehabis itu tidak dilibatkan apa-apa. Lapangan pekerjaan saja tidak ada, sedikit sekali,” ucap Jaya.

Agaknya Jaya berpikir bahwa tak selamanya orang kaya itu dapat menularkan kesuksesan ke orang lain. Ada kalanya orang kecil seperti dirinya mempunyai ide-ide yang kadang pemangku jabatan kaya tidak memiliki.

“Mungkin kalau wong cilik sudah tidak ada, mereka pada bingung kali ya nyari sasaran buat kampanye. Makanya orang miskin tidak habis-habis. Atau mungkin karena yang sudah terlanjur kaya pada pelit buat berbagi pekerjaan,” sebut Jaya

 Masih hangat pula dalam ingatan Jaya ketika terdiskriminasi dalam hukum. Ketika dirinya difitnah sehingga dijebloskan ke penjara hingga 2 tahun.

“Harusnya koruptor-koruptor itu dihipnotis saja ya sama Uya Kuya, Dedy Corbuzier, atau Rommy Rafael. Jadi ngomongnya jujur itu sebenarnya berapa uang yang dirampok. Kalau koruptor gitu sih duitnya banyak bisa sewa pengacara mahal. Kalau orang kecil seperti kita mana bisa? Paling-paling cuman jadi kambing hitam,” ucap Jaya.

Selesai sudah Jaya menjahit sepatu usang yang dia beli di tukang barang bekas. Polesan akhir pun membuat sepatu semakin nampak seperti baru keluar dari pabrik.

Pekerjaan sepele seorang Jaya seringkali terpinggirkan di tengah hiruk pikuk modernisasi. Meski hanya mereparasi sepatu, namun kiprah orang kecil seperti Jaya selayaknya ikut diperhitungkan dalam pembangunan.

Tidak ada komentar: