BERBUAT BENAR ADALAH KEHARUSAN, BERBUAT TIDAK BENAR ADALAH KETIDAK HARUSAN

Rabu, 02 Juli 2014

Koalisi PDIP Lebih Memilih Prabowo-Hatta

Oleh: Ajat M Fajar

INILAHCOM, Jakarta - Turunnya elektabilitas pasangan Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK) menjelang Pilpres disebabkan karena kerja mesin koalisi pendukungnya tidak maksimal.

Hal ini berbeda dengan mesin politik koalisi pengusung pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa yang semakin meningkat menjelang Pilpres tanggal 9 Juli nanti.

Peneliti Utama Lembaga Survei Jakarta (LSJ), Ikhsan Rosidi mengatakan, tak maksimalnya kinerja mesin partai menyebabkan elektabilitas Jokowi-JK menjadi mandek dan cenderung turun.

"Secara agregat, mesin partai pengusung Jokowi-JK baru bergerak 55,5 persen, jauh di bawah kinerja mesin partai pendukung Prabowo-Hatta yang sudah bergerak 70,4 persen," ujar Ikhsan, di Jakarta, Selasa (1/7/2014).

Menurutnya, dari hasil survei LSJ memperlihatkan mesin PDIP sudah berhasil menggerakkan konstituennya mendukung Jokowi-JK. Namun empat partai pengusung lainnya masih belum maksimal dalam menggaet konstituen di Pilpres.

"Konstituen Partai Nasdem, misalnya, baru 48,3 persen yang mengaku akan memilih Jokowi-JK, sedangkan konstituen PKB baru sebesar 46,3 persen," terangnya.

Dalam survei ini juga menemukan sebuah fenomena menarik yang ditemukan. Hal itu adalah konstituen Partai Hanura justru lebih banyak yang akan memilih pasangan Prabowo-Hatta daripada Jokowi-JK.

Sebab sebanyak 52,4 persen pemilih Partai Hanura pada Pileg 9 April 2014 mengaku akan memilih Prabowo-Hatta. Sedangkan 47,6 persen lainnya akan memilih Jokowi-JK pada Pilpres 9 Juli 2014.

"Sikap Wiranto yang menyerang Prabowo beberapa waktu lalu, justru membuat sebagian konstituen Partai Hanura tidak bersimpati terhadap Ketum Partai Hanura tersebut dan mengalihkan dukungannya kepasangan Prabowo-Hatta," jelasnya.

Sedangkan di kubu Prabowo-Hatta, hampir semua mesin partai pengusung telah bekerja optimal menggerakkan konstituennya. Menurut temuan LSJ, tinggal mesin Partai Golkar dan PPP yang belum bekerja maksimal menggerakkan konstituen partainya.

"Baru 49,5 persen pemilih Partai Golkar pada Pileg 9 April 2014 yang mengaku akan memilih pasangan Prabowo-Hatta. Sedangkan PPP baru 54,5 persen konstituennya yang akan memilih Prabowo-Hatta pada Pilpres 9 Juli 2014 nanti," ungkapnya.

Iksan menjelaskan, kurang maksimalnya dukungan konstituen Partai Golkar disebabkan adanya perpecahan di tubuh partai pohon beringin tersebut.

Seperti sudah umum diketahui, keputusan JK menjadi cawapres Jokowi sedikit banyak membawa penumpang gerbong Partai Golkar, baik di tingkat DPP maupun di akar rumput.

Sedangkan untuk Partai Demokrat yang baru mendeklarasikan diri ternyata maksimal dalam menggaet konstituennya dalam memilih Prabowo-Hatta.

"Jika Pilpres dilaksanakan hari ini sebanyak 48 persen pemilih Partai Demokrat pada Pileg 9 April 2014 mengaku akan memilih Prabowo-Hatta. Hanya 34 persen yang mengaku akan memilih Joko Widodo-JK dalam Pilpres 9 Juli nanti dan sisanya (18 persen) belum dapat memutuskan memilih pasangan mana," tandasnya.

Survei LSJ sendiri dilaksanakan dari tanggal 18-27 Juni 2014 di 34 Provinsi di seluruh Indonesia. Jumlah responden yang dilibatkan 1.240 responden dan mereka yang telah memiliki hak pilih pada Pilpres 9 Juli nanti.

Survei menggunakan teknik pencuplikan secara multi stage random sampling dan margin of error 2,8 persen. Sedangkan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen. [mes]

Tidak ada komentar: