BERBUAT BENAR ADALAH KEHARUSAN, BERBUAT TIDAK BENAR ADALAH KETIDAK HARUSAN

Senin, 21 Juli 2014

Jelang 22 Juli, Elite yang Tegang Diminta Tak Ajak Rakyat Bertikai

Ferdinan - detikNews
 
 Jakarta - Jelang 22 Juli situasi politik semakin naik tensinya. Tak lain karena ada pihak yang masih meminta atau menyoal rekapitulasi suara Pilpres oleh KPU. Disarankan, elite yang tak puas akan hasil pemilu membawa persoalan ke Mahkamah Konstitusi (MK), jangan ajak rakyat bertikai.

"Saya menilai justru elite yang resah atas situasi 22 Juli karena rakyat secara umum tidak merasa panas dan tegang. Rakyat menilai secara cerdas apakah pemimpinnya mampu mengendalikan diri atau tidak," kata pengamat politik UGM, Arie Sudjito, Senin (21/7/2014).

Menurut Arie, sejumlah rumor dan isu yang berkembang dihembuskan sejumlah pihak membuat masyarakat merasa was was. Apalagi belakangan ini juga ramai diisukan ketidakpercayaan pada KPU.

"Namun TNI dan Polri memastikan tidak ada kekacauan dan kerusuhan serta aparat menjamin keamanan situasi. Kondisi 22 Juli adalah pertaruhan penting masa depan demokrasi Indonesia. Sehingga mestinya pihak kandidat dan tim sukses menghitung risiko jika akan melakukan sesuatu apakah berdampak buruk ataukah positif," urainya.

"Kita tahu rakyat telah membuktikan 9 Juli pemungutan suara tenang dan damai. Giliran mengitung dan menetapkan mestinya tenang dan damai," tambahnya.

Arie menambahkan, rakyat telah menyubsidi demokrasi dengan partisipasi tinggi dan suasana damai karena itu jangan ciderai dengan perilaku kotor elite politik.

"Jika trjadi konflik elite selesaikan dengan dewasa dan konstitusional dan jangan ajak rakyat bertikai. Jangan ajak rakyat berkelahi secara anarkis. Jika kita bisa tuntaskan penetapan hasil Pilpres dengan damai jujur dan konstitusional hal ini menjadi prestasi besar bangsa Indonesia untuk melakukan perbaikan semua lini, tentu rakyat akan lebih aktif berpartispasi," tutupnya.

Tidak ada komentar: