VIVAnews -
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi menyatakan,
ketidakpastian kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi akan
membuat pemerintah menghadapi masalah makro ekonomi yang sulit.
Salah satunya, kata dia, saat ditemui di kantornya, Jakarta, Jumat 10 Mei 2013, yaitu penurunan peringkat utang Indonesia oleh lembaga pemeringkat internasional seperti Standard and Poor, dari BB outlook positif menjadi BB dengan outlook stabil.
"Penurunan peringkat itu berakibat pada kegiatan peindustrian dan bisa memengaruhi investasi asing ke Indonesia," ujarnya.
Selain itu, Sofjan menambahkan, besarnya beban subsidi Indonesia juga akan membuat penurunan laju ekonomi Indonesia. Saat ini, terbukti ekonomi Indonesia melemah dari 6,04 persen pada kuartal IV 2012 menjadi 6,02 persen pada kuartal I 2013.
Kemudian, juga terjadi penurunan produksi di berbagai sektor. Sebagai contoh, penjualan semen saat ini turun 15 persen dan penjualan kendaraan bermotor turun 15-20 persen. Penurunan produksi ini pada akhirnya mengurangi pendapatan negara. "Pendapatan pajak pasti juga turun," kata Sofjan.
Ketidakpastian ini juga menimbulkan spekulasi bagi pengusaha yang juga mulai menahan barang-barangnya. "Kalau mereka menjualnya, cash flow akan terganggu. Sebaliknya, kalau mereka tidak menjual, mereka akan rugi," tuturnya. (asp)
Salah satunya, kata dia, saat ditemui di kantornya, Jakarta, Jumat 10 Mei 2013, yaitu penurunan peringkat utang Indonesia oleh lembaga pemeringkat internasional seperti Standard and Poor, dari BB outlook positif menjadi BB dengan outlook stabil.
"Penurunan peringkat itu berakibat pada kegiatan peindustrian dan bisa memengaruhi investasi asing ke Indonesia," ujarnya.
Selain itu, Sofjan menambahkan, besarnya beban subsidi Indonesia juga akan membuat penurunan laju ekonomi Indonesia. Saat ini, terbukti ekonomi Indonesia melemah dari 6,04 persen pada kuartal IV 2012 menjadi 6,02 persen pada kuartal I 2013.
Kemudian, juga terjadi penurunan produksi di berbagai sektor. Sebagai contoh, penjualan semen saat ini turun 15 persen dan penjualan kendaraan bermotor turun 15-20 persen. Penurunan produksi ini pada akhirnya mengurangi pendapatan negara. "Pendapatan pajak pasti juga turun," kata Sofjan.
Ketidakpastian ini juga menimbulkan spekulasi bagi pengusaha yang juga mulai menahan barang-barangnya. "Kalau mereka menjualnya, cash flow akan terganggu. Sebaliknya, kalau mereka tidak menjual, mereka akan rugi," tuturnya. (asp)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar