Andri Haryanto - detikNews
Jakarta - Ratusan buruh migran Indonesia yang berada di
Taiwan merugi miliaran rupiah diduga akibat praktik gelap pengiriman
uang atau remittance. Uang tersebut tidak sampai ke tujuan dan diduga
digelapkan.
Praktik gelap pengiriman uang yang dimaksud itu
adalah dengan menggunakan jasa di luar bank. Para buruh biasanya
menitipkan jasa pengiriman uang melalui toko Indonesia yang ada di
Taiwan. Praktik seperti ini kerap disebut dengan pola Hawala Banking.
Menurut
Ketua Forum Silaturahmi Tenaga Kerja Indonesia (FSTKI), Agus Susanto,
para buruh migran memilih cara tersebut karena dianggap praktis.
"Kita
ini serba susah, kirim uang lewat bank mahal, kirim uang melalui toko
Indonesia murah, tapi gelap dan tidak aman," kata Agus dalam pernyataan
tertulis yang diterima detikcom, Minggu (25/1/2015).
Pernyataan
tersebut disampaikan Agus dalam dialog dan pelantikan Garda BMI Taiwan
serta FSTKI yg dihadiri oleh Kepala BNP2TKI, Nusron Wahid, Minggu,
(25/1/2015).
Agus menduga ada penggelapan dari pengiriman uang
milik para buruh migran. "Info yang kami terima, uangnya dipakai untuk
main judi bola dan pacuan kuda serta foya-foya," katanya.
Di
tempat sama, Kepala BNP2TKI Nusron Wahid mengatakan, sebaiknya para
buruh migran mengirimkan uang melalui jasa pengiriman uang resmi.
"Kedepan kasus ini menjadi pelajaran buat kita semua, khususnya TKI,
sebaiknya mengirim melalui jasa resmi, seperti bank, atau jasa lainnya,
walau sedikit mahal tapi aman," kata Nusron.
Ke depan, BNP2TKI
menggandeng BI dan OJK guna memberikan perlindungan kepada para buruh
migran dalam pengiriman uang dan transaksi non tunai. "Ke depan kami
sedang mengkaji membuat peraturan yang mewajibkan agar TKI kita hanya
boleh mengirimkan dana melalui lembaga resmi, seperti yg diterapkan
Filipina terhadap buruh migrannya," kata Nusron.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar