BERBUAT BENAR ADALAH KEHARUSAN, BERBUAT TIDAK BENAR ADALAH KETIDAK HARUSAN

Senin, 16 Mei 2011

Ahli: Survei Orba Lebih Baik, Patut Diragukan

NILAH.COM, Jakarta - Responden berusia 17 tahun dinilai tak paham soal rezim di era Orde Baru. Karena itu penilaian mereka dalam sebuah survei politik bahwa rezim Orde Baru lebih baik dibandingkan era reformasi patut diragukan.
"Warga berusia 17 tahun itu belum mengenal Orde Baru, meskipun mungkin dalam survei itu jumlah mereka hanya untuk proporsi tertentu saja. Kalau mereka diminta untuk evaluasi Orde Baru itu akan kacau. Mereka cuma dengar seperti apa saja," kata pengajar Departemen politik Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Airlangga, Haryadi kepada INILAH.COM, Jakarta, Senin (16/5/2011).
Pendapat Haryadi disampaikan mengomentari hasil Survei Indo Barometer beberapa waktu lalu yang menyimpulkan era Orde Baru lebih baik dibandingkan era reformasi. Dalam survei itu, usia responden ternyata 17 tahun ke atas, di mana mereka masih anak-anak saat Soeharto turun 13 tahun lalu.
Menurut Indo Barometer, hanya satu dari tiga orang responden (31%) merasa era reformasi lebih baik dari era sebelumnya. Sebaliknya, ada 28,2% yang merasa lebih buruk, dan 27% merasa sama saja. Indo Barometer lalu menggabungkan keduanya: 55,4% merasa lebih buruk atau sama saja.

Pertanyaan mengenai kondisi mana yang lebih baik Orde Baru atau Reformasi masing-masing dijawab 40,9% untuk Orde Baru dan 22,8% untuk Reformasi. Responden berasal dari 33 propinsi dan dipilih dengan metode multistage random sampling untuk menghasilkan responden yang mewakili seluruh populasi publik dewasa Indonesia (berusia 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan.

Survei ini membuktikan Soeharto adalah presiden yang paling disukai masyarakat Indonesia. Soeharto juga presiden yang dianggap paling berhasil dan masa orde baru paling berhasil. Kepuasan terhadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono turun dibawah 50 persen.
Kesimpulan survei ini membuat publik tercengang?
Haryadi berpendapat, meskipun usia 17 tahun sudah memiliki hak pilih dan layak dijadikan responden, namun dalam konteks ini mereka tidak berada pada zamannya. "Responden biasanya memilih apa yang ada di masanya," jelasnya.

Sebuah survei haruslah objektif namun citra seseorang selalu bersifat fluktuatif dan berubah-ubah. Sehingga sebuah survei yang dilakukan pada periode tertentu pada obyek yang sama akan berbeda hasilnya pada periode lain. "Citra naik turun itu sifatnya sementara," katanya. [tjs]

Tidak ada komentar: