BERBUAT BENAR ADALAH KEHARUSAN, BERBUAT TIDAK BENAR ADALAH KETIDAK HARUSAN

Jumat, 05 Agustus 2011

Pengamat Politik Burhanuddin Muhtadi: Sri Mulyani Kurang Pede Dengan Partai SRI

Jpnn
JAKARTA - Gerakan untuk menokohkan sekaligus mendorong tampilnya Sri Mulyani Indrawati sebagai capres 2014 telah mencapai puncaknya dengan pendirian Partai Serikat Rakyat Independen (SRI). Namun, Sri Mulyani yang tengah mengabdi sebagai Direktur Operasional di Bank Dunia, Washington DC, Amerika Serikat, sampai sekarang, belum memberikan respon apa-apa.


Ini tidak terlalu mengejutkan. Ketika para pendukungnya mulai menggagas srimulyani.net yang lalu berkembang menjadi Solidaritas Masyarakat Indonesia untuk Keadilan (SMI Keadilan), Sri Mulyani juga tidak muncul. Padahal, ketika itu, wacana pencapresan dirinya sudah muncul.

"Sri Mulyani memang terlihat masih wait and see," kata pengamat politik Burhanuddin Muhtadi di Jakarta, kemarin (4/8). Ini terutama sekali terkait dengan kemunculan Partai SRI. Bagi Sri Mulyani, lanjut Burhan, partai berlogo tangan yang tengah menggenggam sapu lidi itu merupakan pertaruhan besar bagi masa depan politiknya.

Kalau Partai SRI gagal memaksimalkan perolehan suara dalam pemilu 2014 mendatang, dia menyebut, para elit politik akan melihatnya sebagai bukti kegagalan Sri Mulani dalam menarik simpati pemilih. Makanya, dalam pendirian Partai SRI, Sri Mulyani tidak mau terlihat tampil di depan. Bahkan, untuk sekedar menyatakan member restu terhadap Partai SRI. "Soalnya, Sri Mulyani sendiri tidak begitu yakin dengan potensi Partai SRI," jelas Burhan.

Burhan mengaku tidak begitu yakin Partai SRI mampu lolos verifikasi parpol baru di Kemenkum HAM. Termasuk lolos menjadi salah satu kontestan pemilu 2014. "Banyak pihak menduga, termasuk saya, Partai SRI ini berada di menara gading," katanya.

Karena itu, opsi alternatif, untuk menumpangkan Sri Mulyani lewat kendaraan partai politik lain mau tak mau harus disiapkan. Menurut Burhan, dari ukuran atau size parpol, yang paling mungkin tinggal Partai Demokrat, PDIP, dan Partai Golkar. "Partai yang lain kecil-kecil," ujar Burhan.

Meski begitu, PDIP kemungkinan besar akan sulit menerima sosok Sri Mulyani, karena platform ekonomi-politik yang cenderung bertolak belakang. Selama ini, perspektif ekonomi-politik Sri Mulyani dituding bernuansa neolib dan terlalu pro ?asing. Golkar, sambung Burhan, juga hampir mustahil bisa mencapreskan Sri Mulyani. "Kasus century yang melibatkan Sri Mulyani masuk rekomendasi Munas Golkar untuk diselesaikan ketum terpilih," ingat Burhan.

Pintu terakhir yang masih terbuka adalah melalui Partai Demokrat. Namun, Burhan menilai Sri Mulyani dan koleganya ke Partai Demokrat masih belum melakukan pendekatan tingkat elit ke Partai Demokrat. Yang terjadi justru banyak elit pendukung fanatik Sri Mulyani yang terlalu agresif memanfaatkan kisruh internal yang tengah menghantam Partai Demokrat.

Memang ketika Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum yang saat ini paling berpotensi tampil sebagai capres tersingkir, peluang Sri Mulyani untuk merebut tiket dari Partai Demokrat semakin besar. Tapi, manuver yang terlalu kasat mata, sindir Burhan, dapat menyulitkan Sri Mulyani sendiri untuk mendapatkan dukungan Partai Demokrat pada 2014.

"Para pendukung Sri Mulyani bertepuk tangan dengan riuh atas persoalan yang terjadi di Partai Demokrat. Tentu itu bisa menimbulkan resistensi. Seharusnya mereka jangan membuka front politik dengan siapapun," tandas Burhan.

Sementara itu, atas diusungnya Sri Mulyani sebagai salah satu capres mendatang oleh Partai SRI, Partai Persatuan Pembangunan ikut menyambut baik. Wakil Ketua Umum DPP PPP Lukman Hakim Saefuddin menyatakan, partainya terbuka untuk ikut mendukung mantan menteri keuangan tersebut.

Sebagai partai Islam, menurut Lukman, PPP tetap tidak menutup diri dengan keberadaan capres perempuan. "Ini bukan lagi wacana, kami sudah membuktikannya saat Ibu Megawati menjadi presiden menggantikan Abdurrahman Wahid, PPP menerima sepenuhnya," ujar Lukman.

Dia mengakui, di internal PPP memang terdapat suara yang menolak keberadaan capres perempuan. "Tapi, itu bukan arus utama, mainstream-nya kami tidak masalah," tandasnya.

Meski demikian, dia belum bisa memastikan, kalau salah satu pejabat di Bank Dunia itu akan ikut didukung partainya. Dia menyatakan, proses politik masih akan terus berjalan hingga saat-saat terakhir nanti. "Kita tunggu saja dulu sama-sama, bagaimana perkembangannya nanti," tandas Lukman. (pri/dyn)

Tidak ada komentar: