BERBUAT BENAR ADALAH KEHARUSAN, BERBUAT TIDAK BENAR ADALAH KETIDAK HARUSAN

Jumat, 14 September 2012

SBY Kecam Film Anti-Islam ''Innocence of Muslims''

TEMPO.CO, Jakarta - Staf Khusus Presiden Bidang Hubungan Internasional Teuku Faizasyah menyatakan presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengecam aneka bentuk tindakan penistaan agama, termasuk yang beredar melalui video beberapa waktu ini. "Presiden juga sudah menyampaikan reaksi cepatnya atas rencana Pendeta Terry Jones, pada waktu itu, yang ingin melecehkan Al-Quran," kata Faizasyah, di Kantor Presiden, Kamis 13 September 2012.

Menurut Faizasyah, pembuatan dan penayangan film yang menistakan agama, melalui video Innocence of Muslims, seharusnya bisa dihindarkan. Terutama, bila menelaah kontroversi yang ditimbulkan dalam kasus-kasus penistaan agama yang lalu, termasuk kasus kontroversial yang terjadi di Florida.

"Penayangan film yang tidak bertanggung jawab tersebut, telah menimbulkan amarah dan tindak kekerasan yang sejatinya pun tidak bisa ditolerir," kata mantan juru bicara Kementerian Luar Negeri ini.

Tetapi, SBY juga terus mengikuti peristiwa terbunuhnya Duta Besar Amerika Serikat di Libya, Chris Stevens, usai aksi massa sehubungan penayangan film Innocence of Muslims yang dianggap menistakan Nabi Muhammad itu. "Ada dua isu yang berbeda. Namun isu yang tidak terkait dengan itu kemudian memicu tindak kekerasan. Kami mengecam tindakan penistaan agama, di sisi lalin kami menyesalkan terjadinya korban jiwa," kata Faizasyah.

Apalagi, dalam kasus Libya, korban jiwa sebenarnya tidak memiliki kaitan langsung dengan film yang beredar di YouTube ini. Kondisi semakin mengenaskan karena yang menjadi korban adalah para diplomat negara yang seharusnya mendapatkan perlindungan.

"Dalam kerangka Universal, tiap negara berdasarkan konvensi Jenewa memiliki keharusan untuk memberikan perlindungan terhadap diplomat asing yang bertugas di negara tersebut," kata Faizasyah.

Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa mengharapkan kejadian Libya tidak akan berulang di Jakarta. Walau hingga saat ini, belum ada rencana meningkatkan pengamanan terhadap Kedutaan Besar Amerika Serikat maupun perwakilan lainnya di Indonesia.

"Secara umum, perwakilan asing di Jakarta adalah obyek-obyek strategis dan vital yang senantiasa memperoleh pengamanan dan perhatian dari penegak hukum. Apalagi seandainya ada perkembangan yang memerlukan kewaspadaan itu," kata dia.

Marty menambahkan saat ini kondisi di Indonesia masih cukup kondusif terhadap pengamanan perwakilan Amerika Serikat. "Namun komunikasi terus berjalan, kami kira kondisi kondusif, dan masalah ini kan juga bukan masalah yang langsung menyangkut Indonesia," kata dia.

Tidak ada komentar: