Jakarta (ANTARA News) - Universitas Indonesia (UI) perlu meninjau kembali uang perkuliahan mahasiswa agar terjangkau masyarakat terutama bagi yang tinggal di daerah-daerah.

"Idealnya untuk operasional perguruan tinggi bukan hanya dari iuran mahasiswa, tetapi melalui kerja sama dengan pemerintah daerah dan pihak lain," kata kandidat Rektor Universitas Indonesia, Prof Wiku Adisasmito, PhD di Jakarta, Minggu.

Menurut Wiku, akibat biaya kuliah yang mahal membuat ada anggapan UI hanya untuk warga Jabodetabek saja, padahal seharusnya milik bangsa Indonesia, untuk itu ke depan UI harus dapat berkerja sama dengan daerah, serta perusahaan.

Wiku mengatakan, UI dapat membantu melakukan riset kepada daerah dan perusahaan yang membutuhkan, tentunya mereka juga ikut memberi kontribusi terhadap pendapatan.

Ia berharap ke depan UI dapat menjadi universitas riset kelas dunia. UI ke depan harus dapat membantu daerah-daerah yang kualitas SDM tertinggal melalui potensi yang dimiliki..

"Kita mengenal lulusan UI banyak menjadi pemimpin untuk itu visi saya ke depan ingin menjadikan UI is the home of true leaders (pemimpin yang betul-betul pemimpin), seperti kekaguman saya terhadap Emil Salim," ujar dia.

Wiku mengatakan, seharusnya UI harus berubah diri dengan tidak ribut di urusan internal, tetapi memulai suatu kegiatan yang bermakna baik untuk Indonesia maupun global.

Kalau melihat publikasi penelitian di sejumlah perguruan tinggi maka UI masih tertinggal jauh baru mencapai 887, sedangkan National University of Singapore sudah di atas 35.000, Harvard 28.000 lebih, dan Australian National University 22.000.

Menurut dia, alokasi dana riset UI haruslah diperbesar dari saat ini hanya 2-4 persen dari alokasi dana operasional sebesar Rp1,1 sampai Rp1,2 triliun bersumber pemerintah dan iuran mahasiswa, idealnya anggaran .sebesar 20 persen dari biaya operasional.

Bahkan sebagian besar perguruan tinggi di luar negeri pembiayaan operasional berasal dari eksternal seperti Harvard kontribusi dari mahasiswa hanya 19 persen, sedangkan lainnya dari dana abadi, sponsor, sumbangan dan lain-lain.

Sedangkan UI pendapatan terbesar masih dari APBN 36 persen dan iuran mahasiswa, jelas dia.

Wiku mengatakan, pimpinan UI haruslah yang memiliki jiwa wiraswasta sehingga mampu melakukan terobosan untuk mencari sumber-sumber pendapatan.

Wiku telah menyiapkan Program kerja 2012 - 2017 untuk mencetak lulusan yang unggul, kurikulum berkualitas, serta aktif melakukan kegiatan riset apalagi UI didukung 6674 dosen.

Terkait riset kalau dari 6674 itu 1700 sampai 2000 yang melakukan riset sudah sesuatu yang luar biasa, mengingat saat ini yang terlibat dalam kegiatan riset baru 887 dosen saja. "Saya rasa kalau seluruh potensi dapat digerakan akan menjadi hal yang luar biasa," ujar dia.

Wiku mengatakan, UI seharusnya tidak melihat institusi perguruan tinggi di berbagai daerah sebagai pesaing, lawan kita sebenarnya sama yakni kebodohan.

Dirinya juga ingin menyatukan seluruh potensi di UI melalui kegiatan olah raga, seharusnya dengan potensi yang dimiliki UI memiliki kontribusi untuk ikut memajukan olah raga nasional, di luar negeri banyak cabang olah raga yang dibina dari universitas.

"Melalui olah raga kita bisa duduk bersama untuk membahas segala sesuatu yang menjadi program konsolidasi internal," ujar dia.

Wiku mengatakan, untuk menarik kembali pengajar UI di tempat lain pihaknya akan memberi kemudahan bagi mereka untuk mengambil jenjang yang lebih tinggi.

Wiku mengatakan, akan meningkatkan keuangan yang transparan berlandaskan prinsip akutansi, sehingga menghapus anggapan kalau uang yang di keluarkan susah, sedangkan menariknya gampang.