Jpnn
PRESIDEN Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
telah mengusulkan Komjen (Pol) Sutarman sebagai calon tunggal Kapolri ke
DPR RI. Suara miring sempat mengiringi penunjukan Kabareskrim Polri itu
sebagai calon pengganti Jenderal Timur Pradopo.
Salah satu hal yang dianggap menjadi
noktah di karier mantan ajudan Presiden Abdurahman Wahid itu adalah
gesekan dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terkait penanganan
kasus korupsi di Korlantas Polri. Belum lagi, pandangan publik pada
sejumlah kasus terbengkalai dan tidak ditangani secara transparan
selama kepemimpinan Sutarman di Bareskrim.
Namun, Sutarman sudah bertekad untuk
membuat Polri lebih profesional dan jauh dari korupsi. Mantan Kapolda
Metro Jaya itu bahkan berjanji untuk menjauhi korupsi dari diri sendiri.
"Kita harus berani menolak," katanya.
Bahkan, Sutarman akan mengikhlaskan anak buahnya yang korupsi diproses KPK. "Silakan," tegasnya.
Diakuinya, pekerjaan rumah yang menumpuk
dan kritik publik yang sinis memang hal yang harus dihadapi Sutarman
jika kelak memimpin Polri. Berikut petikan wawancara dengan Komjen
Sutarman saat JPNN turut serta mengikuti rombongan Komisi III DPR RI
mengunjungi kediamannya, Jalan Kucicak 10 Nomor 11, Bintaro, Sektor 9,
Tangerang Selatan, pada Rabu, (9/10).
Selama ini Anda cenderung dianggap berseberangan dengan KPK, bagaimana memperbaiki hubungan Polri dan KPK itu?
Harus (diperbaiki). Karena kita tidak
mungkin memberantas korupsi itu dengan sendirinya. Kebersamaan dengan
seluruh institusi termasuk KPK. Kita harus bersama-sama KPK untuk
memberantas korupsi yang sudah massif ini. Tidak mungkin kita melakukan
pemberantasan korupsi itu sendirian. Kita harus bersinergi
Kalau ada jajarannya yang disidik KPK bagaimana? Apakah Polri akan terbuka?
Tidak ada masalah. Tidak ada masalah. Siapapun yang memang sudah melanggar dan sudah dilakukan penyidikan, silakan.
Selama menjadi Kabareskrim,
prestasi apa yang bisa dibanggakan? Selama ini penyidik kalau di KPK
berprestasi tapi di Polri jadi cenderung melempem. Bagaimana mengatasi
ini?
Prestasi, kalau kita lihat dari kualitas,
seperti kasus yang melibatkan Bupati Maluku Utara sudah kita sidik.
Kemudian gubernur dan beberapa penyidikan lain yang melibatkan bupati
dan beberapa pejabat negara yang ada di daerah.
Kemudian ada perbedaan, kalau di kita itu
kan penyidikan dan penuntutan dibedakan secara tegas. Kalau misalnya
kita sudah begitu antusias menyidik kasusnya, tapi mungkin dinilai dari
aspek yuridis oleh Jaksa Penuntut Umum belum, berkas jadi bolak balik.
Itu bagian yang harus kita komunikasikan dengan maksimalisasi sistem
lainnya sehingga berkas tidak bolak-balik terus.
Apa jaminan dan janji yang Anda berikan untuk tidak korupsi?
Kita harus dimulai dari diri kita. Kita
harus bisa menolak pemberian apapun yang disampaikan oleh seseorang
kalau itu terindikasi terkait dengan masalah yang terkait jabatan dan
terindikasi korupsi. Karena sekarang sudah ditetapkan, pemberian yang
terkait dengan jabatan itu adalah suap dan ranah-ranah korupsi. Itulah
yang harus dihindari semuanya. Kita harus berani menolak.
Belakangan banyak kasus penembakan terhadap anggota kepolisian terus terjadi. Ada jaminan kasus demikian tidak terjadi lagi?
Kasus penembakan, anggota menjadi-target,
itu saya kira masih belum selesai. Karena apa, tindakan tegas yang kita
lakukan pada para pelaku terorisme ini dianggap penghalang. Upaya dia
(teroris, red) menjadi terhalang oleh kita.
Selama ini target mereka itu adalah
simbol-simbol asing, tapi karena mereka ditangkap oleh Polri, sehingga
Polri dianggap sebagai penghalang. Sehingga Polri dijadikan target.
Wajar kalau dia akan menyerang Polri. Oleh karena itu kita harus
membekali diri pada anggota kita, supaya dia responsif apabila diserang.
Kalau dia sudah membahayakan, saya sudah
katakan, seluruh anggota harus bekali dirinya dengan kemampuan dan
senjatanya. Kalau sudah membahayakan jiwanya, silakan gunakan senjatanya
dan mengambil diskresi saat menghadapi masalah itu.
Pemilu 2014 juga jadi pekerjaan rumah bagi Polri. Bagaimana menghadapinya?
Harus diamankan, pemilu harus diamankan
bersama yang lain, menyiapkan kemampuan kita. Sekaligus kita
nanti bekerjasama dengan aparatur keamanan lain termasuk Linmas
(perlindungan masyarakat di Pemda, red) untuk menyiapkan pengamanan dan
sekaligus kita menjamin Polri harus netral dalam pelaksanaan pemilu.
Berani menjamin Polri independen?
Netral, tidak boleh ikut apapun. Apabila
ada anggota yang ikut-ikutan di dalam pemilu, itu adalah pelanggaran
etika, pelanggaran pidana dan sebagainya, tentu harus dilakukan tindakan
secara hukum.(flo/jpnn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar