BERBUAT BENAR ADALAH KEHARUSAN, BERBUAT TIDAK BENAR ADALAH KETIDAK HARUSAN

Selasa, 08 April 2014

Indonesia Diharapkan Masuk 10 Besar Penyumbang Pasukan Perdamaian

Jpnn
SENTUL -- Pemerintah berhasil merampungkan proyek kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC), tahun ini. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang meresmikan kawasan IPSC di kawasan Santi Dharma, Sentul, Kabupaten Bogor ini berharap kawasan 7 in 1 tersebut bakal memberikan kontribusi besar bagi perdamaian dunia.
"Saya ucapkan terimakasih dan penghargaan pada Menhan dan semua pejabat negara yang telah bekerja keras untuk membantun sebuah institusi yang amat penting ini. Setelah kita miliki institusi ini, Indonesia bisa memberi kontribusi lebih besar pada pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional," papar Presiden dalam sambutannya, Senin, (7/4).
Presiden melanjutkan, pendirikan IPSC tersebut dilatarbelakangi tiga hal mendasar. Yakni, Indonesia mampu memberikan kontribusi bagi perdamaian dunia sesuai dengan amanat UUD 1945.
Selain itu, pemerintah Indonesia juga menyadari ancaman yang dihadapi dunia, tidak terkecuali Indonesia, yang berkaitan dengan perdamaian internasional.
"Ketiga, kita memahami tantangan, misi dan pengalaman yang kita miliki sendiri, dalam menyelenggarakan military selain perang, atas dasar inilah kita punya ketetapan hati untuk menghadirkan institusi ini," lanjut Presiden.
Tidak hanya itu, Presiden menuturkan IPSC tersebut mampu mewujudkan harapan agar Indonesia bisa masuk dalam 10 besar negara penyumbang pasukan perdamaian dunia di PBB. Sebab, saat ini, Indonesia masih berada di peringkat 17 besar terkait hal tersebut.
"Dalam waktu dekat bisa menjadi 10 besar dari negara yang menyumbang pasukan pemeliharaan perdamaian dunia. Saat ini 2000, dan tahun depan akan jadi 4000 (pasukan)," tuturnya.
Dalam kesempatan itu, Presiden sempat mengisahkan pengalamannya ketika mendapat penugasan sebagai Komandan Pasukan Perdamaian PBB di Bosnia pada tahun 1995-1996. Dia mengungkapkan, pihak Indonesia menyumbang satu batalyon pasukan.
Sayangnya, puluhan dari perwira-perwira Indonesia baik dari TNI maupun Polri, harus pulang ke Indonesia. Mereka terpaksa pulang karena mereka tidak lolos dalam ujian bahasa Inggris dan mengemudi.
"Untuk itulah kita dirikan pusat bahasa (di IPSC) karena siapapun yang emban tugas, harus lulus bahasa Inggris. Begitu juga dengan kemampuan taktik teknik militer, termasuk kemampuan mengemudi," tegasnya. (flo/jpnn)

Tidak ada komentar: