INILAH.COM, Jakarta - Pemilu 2014 nampaknya bukan hanya akan
diramaikan oleh calon legislatif (Caleg) dari kalangan selebritis, namun
juga dari kalangan aktivis 1998. Para aktivis era reformasi itu,
memilih meneruskan perjuangan dengan cara masuk langsung ke dalam
parlemen.
"Para aktivis belum bisa membenahi struktur
secara cepat apabila belum masuk dalam anggota parlemen. Aktivis hanya
mengandalkan sumber masyarakat yang kuat dan yang dituangkan adalah
ideal-ideal yang kita tularkan, karena kalau membenahi struktur partai
transit kita kira kendala untuk realitas politik di lapangan," jelas
Haikal di Kedai Tempo, Utan Kayu Raya No 68, Jakarta Timur, Minggu
(19/5/2013).
Haikal melanjutkan, para aktivis ini telah berjuang
untuk negara Indonesia yakni nilai demokrasi otonomi daerah, pengawasan
pemerintah yang transparan dan sebagainya. Untuk itu, Haikal menyatakan
bahwa perjuangan para aktivis dahulu telah berhasil menjadikan
reformasi.
"Apakah reformasi berhasil saya jawab iya, karena saya
merasakan. Sebab waktu kita kumpul disini (Kedai Tempo) dibubarkan oleh
aparat kepolisian dan tentara, didepan disorot lampu tembak. Namun
sekarang sudah kita rasakan semua reformasi," jelasnya.
Memang, kata Haikal, masih banyak kekurangan-kekurangan namun hal itu tidak mengurangi aspek demokrasi sendiri.
"Misalnya
saja, di Indonesia caleg-caleg yang bisa menempati urutan teratas,
mobilisasi besar itu caleg yang memiliki harta berlimpah, itu demokrasi
tapi tidak mengurangi substansi demokrasi sendiri," tandasnya.[bay]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar