Rini Friastuti - detikNews
Jakarta - Anda mesti hati-hati sekarang ini. Para
penipu selalu mencari jalannya. Mereka bergentayangan lewat berbagai
cara dan modus, salah satunya dengan berpura-pura menjadi pembeli mobil.
Seperti
yang dituturkan Arta, Rabu (27/8/2014) yang hampir saja menjadi korban
tipu-tipu pelaku lewat telepon. Menurut Arta, semuanya bermula saat dia
memasang iklan penjualan mobil di situs jual beli online. Di sana dia
juga memasang nomor teleponnya.
"Tujuan saya menceritakan kisah
ini untuk memberikan peringatan pada sebanyak mungkin orang agar lebih
berhati-hati dan selalu waspada akan bahaya penipuan. Supaya setiap
orang bisa tetap menggunakan akal sehat mereka," jelas Arta.
Peristiwa
yang dialami Arta terjadi pada Selasa (26/8). "Saya hampir tertipu
dengan modus sebagai pembeli mobil yang saya coba untuk jual melalui
situs online (Arta menyebut dua situs jual beli-red)," imbuh dia
"Berawal
dari sebuah SMS yang masuk, seseorang yang mengaku bernama Baktiar dari
Tasik, berminat untuk membeli mobil saya dan sangat lihai pada
awalnya," tambah dia.
Namun dari logat bicara, Arta sudah curiga,
Baktiar mengaku dari Tasik sedang logat bicara tidak seperti orang Jawa
Barat. "Tawar menawar sangat cepat dan lancar sehingga pada akhirnya
untuk meyakinkan saya agar mobil saya tidak terjual pada orang lain dan
dia meminta nomor rekening saya untuk melakukan transfer DP sebesar 5
juta," imbuhnya.
Pelaku yang mengaku bernama Baktiar itu
kemudian mengaku akan mengambil mobil Arta pada hari Minggu dan dia
sudah tidak perlu melihat lagi kondisi fisik mobilnya. "Walaupun saya
bersikeras untuk melihat kondisi mobil saya dulu. Sesuatu yang sangat
janggal dalam perihal jual beli mobil online," tambahnya.
"Disaat itu saya mencoba untuk mengecek nomornya dia, yang berujung pada
informasi bahwa nomor tersebut adalah nomor dari Bali yang mungkin
lebih cocok dengan dialek bahasanya. Tapi saya masih menganggap itu
wajar karena mungkin saja orang berpindah," tambahnya.
Percakapan
Arta dan Baktiar masih berlangsung normal. Arta masih pura-pura
mengikuti 'permainan' pelaku. "Sampai ketika dia memberitahu bahwa dia
sudah mentransfer uang sejumlah 3 juta dan ketika saya cek melalui
internet banking, dana tersebut tidak ada. Tidak lama begitu saya
mengecek rekening saya untuk memastikan bahwa dana sudah masuk atau
belum, saya menerima telpon lagi dari dia untuk memastikan bahwa dana
sudah dikirim," tuturnya.
Arta kemudian memberi tahu pelaku kalau
uang yang ditransfer belum masuk. Arta masih mengikuti permainan
pelaku, yang masih ngotot uang sudah ditransfer.
"Kecurigaan
saya mulai mendominasi saya ketika dia minta saya untuk cek secara
manual di ATM. Karena menurutnya mesin ATM itu lebih akurat. Saya mulai
tertawa, becanda ini orang ya. Lalu saya ikuti permainannya seakan-akan
saya pergi ke ATM untuk mengecek. Saya beritahu bahwa jarak ATM dengan
tempat tinggal saya sekitar 15-20 menit, mungkin lebih lama karena macet
karena jam pulang kantor," urai Arta.
"Belum sampai 5 menit, dia
sudah call 2 kali, menanyakan apakah saya sudah sampai. Lalu call lagi
dalam waktu kurang dari 10 menit. Saya bilang saja masih terjebak macet.
Pada saat ini nada bicaranya sudah tidak dalam kondisi sebelumnya,
seperti gelisah dicampur excited," tambahnya.
Lucunya, pelaku
kemudian memberikan sejumlah instruksi apa yang harus dilakukan saat
berada di ATM. "Saya hanya tersenyum karena semakin terbaca apa yang dia
akan lakukan. Saya bisa teruskan kemana dia akan bermain dan apa yang
dia akan lakukan, tapi saya urungkan niat saya untuk hal itu dan
memutuskan untuk telpon dia dan mengingatkan bahwa apa yang dia lakukan
itu salah. Dia masih juga belum mau mengaku, ya normal lah, kan nggak
mungkin maling mengaku," ujarnya.
Tak lama Arta kemudian mengirim
SMS ke si penipu setelah menyudahi sambungan telepon. "saya hanya SMS
sekali lagi untuk dia agar bisa bertobat dan kembali ke jalan yang benar
selagi belum terlambat. Setiap orang perlu yang namanya second chance,
saya sungguh berharap dia bisa mengambil kesempatan ini," tutupnya.
"Sekali
lagi harapan saya agar masyarakat selalu waspada akan segala modus
kriminal, khususnya dengan kecanggihan teknologi online," tutup dia.
Modus
a la penipuan lewat telepon ini memang sungguh lihai. Belum lagi yang
marak lewat undian di sabun cuci. Banyak orang yang tertipu ulah
penjahat ini. Sebaiknya bila Anda melakukan jual beli ataupun diberitahu
mendapat undian tak lekas percaya. Cek dan ricek harus selalu
dilakukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar