VIVAnews - PT Pertamina
menjelaskan bahwa antrean di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU)
yang terjadi di di daerah akhir-akhir ini, lebih dipicu kepanikan
masyarakat. Perseroan ini menepis anggapan bahwa ada kelangkaan bahan
bakar minyak (BBM) bersubsidi.
"Saya sampaikan kepada konsumen, tak ada kelangkaan BBM bersubsidi. Yang terjadi adalah pengendalian BBM bersubsidi," kata Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina, Hanung Budya, di Komisi VII DPR, Jakarta, Senin 25 Agustus 2014.
Hanung mengatakan bahwa perilaku masyarakat itulah yang memacu terjadinya antrean di SPBU beberapa hari ini.
"Yang terjadi belakangan ini, terutama Pantura (Pantai Utara Jawa) terjadi panic buying. Karena, ada beberapa rumor di SPBU premiumnya kosong, mereka melakukan rush. Yang biasanya beli 10 liter, sekarang full tank," kata dia.
Seperti diketahui, kelangkaan BBM terjadi di sejumlah daerah beberapa hari terakhir. Di Jambi, antrean kendaraan di sejumlah SPBU bertambah panjang sejak tiga hari terakhir ini.
Pengurangan stok BBM dari depo Pertamina ke SPBU membuat kegiatan penjualan BBM tidak berjalan normal. Banyak SPBU yang tidak dapat memenuhi operasional secara penuh, karena stok penjualan sudah habis sebelum waktunya.
Karena antrean yang sangat panjang dan harus rela membuang waktu berjam-jam, para pemilik kendaraan lebih memilih untuk mengisi bensin ke pedagang eceran. Namun, karena langka, harga eceran pun melambung tinggi.
Sejak kemarin, harga bensin jenis premium di pedagang eceran sudah mencapai Rp15 ribu per liter, dan solar mencapai Rp9 ribu per liter.
Agar aktivitas tidak terganggu dengan antrean panjang di SPBU, sebagian warga tidak punya pilihan untuk tetap mengisi BBM di pedagang eceran.
Menurut pedagang eceran, sekarang mereka pun kesulitan mendapatkan BBM. Mereka harus memodifikasi tangki kendaraaan untuk membeli BBM di SPBU untuk dijual kembali secara eceran. Akibatnya, para pedagang harus menaikkan harga. (asp)
"Saya sampaikan kepada konsumen, tak ada kelangkaan BBM bersubsidi. Yang terjadi adalah pengendalian BBM bersubsidi," kata Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina, Hanung Budya, di Komisi VII DPR, Jakarta, Senin 25 Agustus 2014.
Hanung mengatakan bahwa perilaku masyarakat itulah yang memacu terjadinya antrean di SPBU beberapa hari ini.
"Yang terjadi belakangan ini, terutama Pantura (Pantai Utara Jawa) terjadi panic buying. Karena, ada beberapa rumor di SPBU premiumnya kosong, mereka melakukan rush. Yang biasanya beli 10 liter, sekarang full tank," kata dia.
Seperti diketahui, kelangkaan BBM terjadi di sejumlah daerah beberapa hari terakhir. Di Jambi, antrean kendaraan di sejumlah SPBU bertambah panjang sejak tiga hari terakhir ini.
Pengurangan stok BBM dari depo Pertamina ke SPBU membuat kegiatan penjualan BBM tidak berjalan normal. Banyak SPBU yang tidak dapat memenuhi operasional secara penuh, karena stok penjualan sudah habis sebelum waktunya.
Karena antrean yang sangat panjang dan harus rela membuang waktu berjam-jam, para pemilik kendaraan lebih memilih untuk mengisi bensin ke pedagang eceran. Namun, karena langka, harga eceran pun melambung tinggi.
Sejak kemarin, harga bensin jenis premium di pedagang eceran sudah mencapai Rp15 ribu per liter, dan solar mencapai Rp9 ribu per liter.
Agar aktivitas tidak terganggu dengan antrean panjang di SPBU, sebagian warga tidak punya pilihan untuk tetap mengisi BBM di pedagang eceran.
Menurut pedagang eceran, sekarang mereka pun kesulitan mendapatkan BBM. Mereka harus memodifikasi tangki kendaraaan untuk membeli BBM di SPBU untuk dijual kembali secara eceran. Akibatnya, para pedagang harus menaikkan harga. (asp)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar