Andri Haryanto - detikNews
Jakarta - Aksi penipuan seperti yang dilakukan seorang
napi Lapas Salemba, Ony, kepada seorang perwira menengah (Pamen)
berpangkat komisaris besar, rupanya bukan pertama kali terjadi. Beberapa
aksi serupa juga terjadi. Para pelaku nekat menggunakan nama atasan
korban untuk memuluskan aksinya.
Kepala Divisi Humas Polri Irjen
Ronny Frangki Sompie menampik bila fenomena itu terjadi karena adanya
faktor budaya 'setor bawahan ke atasan'.
"Tidak ada budaya
setoran (bawahan ke atasan), itu sangat keliru," kata Ronny saat
berbincang dengan detikcom, Sabtu (30/8/2014).
Pria kelahiran
Sulawesi Utara ini mengimbau kepada seluruh anggota Polri untuk tidak
melayani telepon yang mengatasnamakan pejabat Polri dan meminta sejumlah
uang melalui transfer. "Jangan lagi melayani permintaan seperti melalui
telepon, karena itu pasti bohong," katanya.
Kalau pun anggota
tersebut melayani, maka ada dua risiko yang akan dihadapinya. Yakni
pidana korupsi bila anggota tersebut terbukti menyetor sejumlah uang
kepada atasannya, dan korban penipuan.
"Dua-duanya akan kena, tidak ada pimpinan yang meminta ke anak buah," tegas Ronny.
Dia
menambahkan, Polri sendiri saat ini tengah gencar melakukan pembersihan
bagi oknum-oknum yang berbuat 'nakal'. Salah satu jalan penjeraan
adalah dengan mempidanakan praktik korup yang melibatkan setiap anggota
Polri. Contohnya adalah suap bandar judi online kepada Kasubdit Jatanras
Polda Jabar AKBP MB.
Ronny mengatakan, kasus yang menimpa seorang Pamen di Polda DIY
sebenarnya serintg terjadi. Bahkan dirinya pernah mendapatkan laporan
ada beberapa perwira menengah yang tertipu oleh ulah penipu yang
mencatut namanya.
"Nama saya dipakai sering, pejabat lain juga sering," katanya.
Modus
penipuan dengan menggunakan telepon, kata Ronny, terjadi karena
mudahnya akses medapatkan kartu provider telepon dan aktivasinya. Ronny
mencontohkan di negara-negara lain seperti India, aktivasi telepon akan
sangat ketat dan harus melalui verifikasi data si pemohon.
Akibat
mudahnya mendapatkan dan mengaktifkan kartu telepon itulah para pelaku
leluasa menghilangkan jejaknya dengan membuang kartu telpon dan
mengganti dengan yang baru. "Kalau hidup bisa dicari, tapi kalau dicabut
dan dibuang, misalnya, bisa kehilangan jejaknya," kata Ronny.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar