VIVAnews
- Bos AirAsia, Tony Fernandes, mengaku kecewa dengan pemberitaan soal
insiden maskapainya yang mengalami masalah di Bandara Internasional
Juanda, Surabaya, Jawa Timur pada Sabtu, 3 Januari 2015. Pesawat dengan
nomor penerbangan QZ7633 itu terpaksa kembali ke apron bandara di saat
hampir siap untuk proses tinggal landas.
Stasiun berita Channel News Asia, Senin 5 Januari 2015
melaporkan media lokal di Malaysia dan Indonesia, penyebab dari kejadian
itu karena mesin pesawat mati. Hal itu diperparah dengan kesaksian
penumpang kepada stasiun televisi lokal yang mendengar adanya suara
keras di dalam pesawat.
Maka, sebagian besar penumpang pun ketakutan lantaran insiden jatuhnya pesawat AirAsia akan kembali terulang.
Namun, menurut Direktur Keselamatan dan Keamanan AirAsia Indonesia,
Raden Achmad Sadikin, insiden yang terjadi akhir pekan kemarin, hanya
peristiwa minor. Dia pun membantah adanya mesin pesawat yang mati
sehingga mengakibatkan burung besi jenis Airbus A320-200 itu gagal
terbang.
"Bukan disebabkan mesin pesawat mati. Pesawat memang ingin lepas
landas, tetapi unit daya tambahan (APU), yakni peralatan yang membantu
untuk menyalakan mesin, tiba-tiba mati," ungkap Sadikin.
Sementara, Bos AirAsia Indonesia, Sunu Widyatmoko, di tempat
berbeda mengatakan pesawat tersebut akhirnya bisa tiba dengan selamat di
kota tujuan, yakni Bandung. Hal itu terjadi setelah pesawat melalui
sebuah pemeriksaan.
Tony pun mengungkapkan kekesalan melalui akun resmi Twitternya
ketika mendengar laporan awal bahwa mesin salah satu pesawat milik
maskapainya disebut tidak berfungsi. Dia bahkan menyebut berita tersebut
sebagai berita konyol dan hanya sekedar mencari sensasi.
"Tajuk pemberitaan konyol di Malaysia. Pesawat AirAsia Indonesia
tidak mengalami mati mesin. APU yang menjadi tenaga di permukaan darat
harus dinyalakan kembali," tulis Tony yang memulai bisnis penerbangan
pada tahun 2001 lalu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar