Ojek adalah profesi yang nggak ada matinya sejak dulu. Ditambah lagi saat ini, kemacetan jadi marak di mana-mana. Keberadaan ojek pun seakan menjadi solusi tercepat untuk menghadapi kemacetan. Nah, beberapa waktu silam muncul program gojek. Yaitu ojek yang lebih terstruktur dan menggunakan aplikasi untuk menggaet penumpang.
Keberadaanya kian diperbincangkan di dunia maya. Seolah-olah anatara gojek tradisional maupun gojek saling bersaing. Memang Gojek lebih terstruktur tapi meskipun begitu, ojek Tradisonal ternyata juga tak bisa dilupakan begitu saja. Ojek tradisional masih mendapatkan tempat dihati para penumpang. Berikut ini alasannya.
1. Banyak Yang Masih Gaptek
Gojek memang menawarkan kemudahan baik untuk para driver (tukang ojek), maupun bagi penumpangnya dengan bantuna aplikasi di smartphone. Lalu bagaimana dengan orang-orang yang tidak mengerti dengan Teknologi (gaptek)? Tentu hal ini manjadi hambatan tersendiri, apalagi bagi orang-orang yang berusia lanjut.Kebanyakan para penumpang sudah memiliki langganan ojek tradisional. Hal tersebut membuat ada sebagian tukang ojek tradisonal menolak bergabung dengan Go-jek karena merasa lebih nyaman dan bebas dari aturan-aturan gojek yang membingungkan.
2. Ojek Tradisional Juga Butuh Penghasilan
Dengan keterbatasan kemampuan penggunaan teknologi tersebut, banyak yang masih setia menjadi tukang ojek tradisional. Tapi tak sedikit pula yang berbondomg-bondong bergabung dengan gojek, akhirnya perseteruan bahkan perkelahian antara ojek dan gojek pun tak bisa dihindari karena masalah rebutan penumpang.Gojek menawarkan harga yang lebih murah dan banyak penumpang yang beralih ke gojek. Penghasilan para tukang ojekpun menurun drastis. Padahal banyak tukang ojek berusia lanjut yang bergantung pada hasil dari ojek. di lain pihak ia merasa tidak mampu untuk memenuhi syarat menjadi gojek.
3. Rezeki Sudah Ada Yang Ngatur
Ditengah-tengan perselisihan anatra gojek dan ojek tersebut, ada sosok tukang ojek tradisonal yang mungkin akan membuat Anda tersentuh. Dia adalah Pak Soleh, namanya menjadi bahan perbincangan setelah seorang netizen bernama Dewi Rachmayani berbagi cerita tebtang sosok tukang ojek tersebut.Usianya sudah sudah tua, saat ini ia berumur 65 tahun. Tapi ia masih tetap bekerja menjadi tukang ojek, walaupun banyak orang yang membicarakan tentang kemudahan gojek. Pak Soleh tetap bersabar, memang penghasilannya jadi jauh lebih sedikit yaitu sekitar 60 ribu tiap harinya. Ia tetap bersemangat menyodorkan helm dan menawarkan jasanya pada orang-orang yang lewat di trotoar. Ia tak pernah mengeluh dengan adanya gojek karena rezeki tiap orang sudah ada yang Ngatur.
4. Tidak Ada Pangkalan Untuk Gojek
Keberadaan Pangkalan ojek ternyata menjadi alasan tersendiri bagi para tukang ojek tradisional menolak beralih ke gojek. Sebagian ojek tradisional memiliki orgasnisasi yang tergabung dalam satu pangkalan. Ojek tradisional yang sudah memiliki pangkalan sendiri tidak diperbolehkan mangkal di pangkalan lain. Banyak driver-driver gojek yang mengaku takut saat mangkal di dekat pangkalan-pangkalan yang anti gojek.Akan tetapi, tak semua pangkalan ojek seperti itu. Misalnya saja pangkalan ojek di bawah jembatan layang Kircon. Ojek-ojek tradisonal disana dengan bijak membebaskan siapapun boleh mangkal di pangkalan tersebut entah itu ojek atau gojek sekalipun.
Itulah 4 alasan kenapa ojek tradisional masih dibutuhkan walaupun saat ini sudah ada gojek maupun grabbike. Harapannya para penumpang tidak pilih-pilih dan mengesampingkan ojek tradisional. Entah itu ojek atau gojek sekalipun harus saling menghormati satu sama lain agar tidak terjadi lagi persaingan yang tidak sehat apalagi sampai menyebakan perkelahian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar